Super Ngawur! JK Anggap Anies Dekat dengan Jokowi dan Moderat? Disini Jusuf Kalla Merasa Kalah

 



Wakil Presiden Jusuf Kalla bantah pernyataan Zulkifli Hasan, ketua umum PAN terkait intervensi mengenai pencalonan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta di bawah usungan Prabowo Subianti. Jusuf Kalla mengatakan bahwa saat proses pencalonan, ia hanya mengatakan sedikit hal mengenai Anies Baswedan. JK menilai bahwa Anies merupakan orang yang cukup dekat dengan Pak Dhe Joko Widodo dan memiliki pandangan moderat.

“Jam 12 malam sampai jam 1 pagi itu ada intervensinya Pak JK. Saya kan suka terus terang. Pak JK boleh enggak ngaku, saya dengar kok teleponnya. Pak JK lah yang meyakinkan sehingga berubah lah,” – Zulkifli Hasan

Setidaknya ada tiga permasalahan yang saya lihat, dimiliki oleh Jusuf Kalla. Jusuf Kalla boleh memberikan pendapat dan penilaian pribadi terhadap Anies Baswedan.

Namun permasalahan pertama, Jusuf Kalla tidak tahu bahwa kapasitasnya sebagai wakil presiden, tentu membuat setiap perkataannya akan dianggap sebagai suatu pernyataan dukungan. Rasanya Jusuf Kalla dan sang istri, Ibu Mufidah Jusuf Kalla tidak tahu “tengah-pinggir” yang ada di dalam aturan tidak tertulis. Secara etika kepemimpinan, seorang pemimpin tidak seharusnya memberikan penilaian subjektif, yang pada akhirnya justru merusak dan menodai kenetralan di dalam pemerintah menjalankan administrasi negara.

Permasalahan kedua, Jusuf Kalla menilai bahwa Anies adalah orang dekat dari Pak Dhe Joko Widodo. Ini merupakan kesalahan fatal yang dilakukan oleh Jusuf Kalla. Mentang-mentang Anies pernah menjadi menteri, JK dengan mudah mengatakan bahwa ia adalah orang dekat Pak Dhe Jokowi? Ini merupakan penarikan kesimpulan yang terlalu prematur dan terburu-buru.

Jusuf Kalla menyimpulkan dengan keberadaan Anies yang pernah menjadi menteri, ia otomatis dekat dengan Jokowi. Ini salah besar, buktinya, Anies harus dipecat oleh Jokowi. Ini mengindikasikan bahwa keberadaan Anies di Kementerian Pendidikan menjadi sebuah keberadaan yang tidak produktif.

“Kalau orang berbicara, emangnya intervensi? Masak saya tidak bisa bicara. Kalau saya bicara sama Anda, intervensi enggak? Enggak kan? Kalau orang berbicara kan boleh saja. Apa salahnya? Semua teman saya,” – Jusuf Kalla

Permasalahan Ketiga, kesalahan penilaian Jusuf Kalla terhadap Anies Baswedan sebagai orang yang moderat juga tidak sesuai dengan apa yang justru kita lihat di dalam perhelatan pilkada DKI Jakarta. Biasanya orang-orang Muslim yang berpandangan moderat, sering berseberangan dengan kaum fundamentalis yang cenderung radikal. Ingatkah bahwa Rizieq Shihab pernah mengejek Gus Dur dengan makian yang begitu kasar? Padahal kita tahu bahwa Gus Dur adalah salah satu pentolan Nahdlatul Ulama.

Gus Dur itu buta mata dan buta hati – Rizieq Shihab

Sayangnya, Anies yang katanya moderat itu sekarang sudah menanggalkan hal tersebut, dengan menerima dukungan dari petinggi FPI, Rizieq Shihab, yang merupakan ormas Islam yang radikal, brutal, dan ekstrim. Maka bukanlah hal yang mengherankan jika kita tentu mempertanyakan dan mengkritisi ke-moderat-an Anies Baswedan. Jangan sampai ujaran-ujaran kebencian Rizieq memengaruhi dan merasuki hidup Anda.

Tiga permasalahan dimiliki oleh Jusuf Kalla. Ketiga hal ini merupakan blunder yang dilakukan oleh Jusuf Kalla di dalam penilaiannya kepada Anies Baswedan. Kesalahan di dalam penggunaan otoritas, kedekatn Anies dengan Jokowi, dan Anies yang moderat, tentu tidak masuk akal. Jusuf Kalla ternyata sudah salah menilai Anies selama ini.

Tentu menjadi sejarah yang kelam jika nanti sejarah Indonesia mencatat bahwa kemenangan Anies Sandi dengan penggorengan isu SARA yang brutal. Ini tentu akan menjadi sejarah yang kelam. Belum lagi ditambahkan dengan adanya intervensi dari pihak yang harusnya netral, wakil Presiden Jusuf Kala kepada pasangan calon yang didukung oleh kaum ontaleran.

Ini adalah ironi terbesar di dalam sejarah Indonesia. Jangan sampai pada akhirnya, Jusuf Kalla kalah karena pernah memberikan intervensi dalam pencalonan Anies Baswean. Meskipun Jusuf Kalla tidak mengakui, sebenarnya sudah banyak bukti yang memberikan indikasi bahwa orang-orang lingkaran JK dekat dengan Anies Sandi.

Lihat saja ibu Mufidah Jusuf Kalla yang pernah berfoto dengan para pendukung Anies Sandi. Inipun sudah merupakan bentuk dukungan, yang seharusnya tidak ada. Presiden Joko Widodo pun tidak pernah melakukan intervensi pillada. Maka secara logika, tidak ada hak bagi wakil presiden untuk menyatakan dukungan apapun terhadap salah satu pasangan calon.

Dengan fakta demikian, tentu kita melihat bahwa kemenangan Anies yang 58% selain karena warga ditakut-takuti oleh isu SARA, juga terindikasi ada peranan Jusuf Kalla di dalamnya. JK sudah tua, ia mulai sadar bahwa ia harus memberikan jaminan kehidupan bagi anak cucu mereka. Maka kemungkinan “intervensi” Jusuf Kalla kepada pencalonan gubernur DKI Jakarta, menjadi masuk akal. Siapa ayah maupun kakek yang tidak mau memberikan jaminan masa depan bagi anak cucu mereka?
Keberpihak kan yang Jusuf Kalla lakukan? swd

No comments:
Write komentar