Satu lagi tulisan yang perlu ahoker dan Jokower pahami betul, terutama akan adanya aksi nyata musuh yang ingin membenturkan kubu Ahoker dan Jokower, penyusup kemarin adalah salah satu buktinya, seharusnya disaat ini ahoker dan jokower harus lebih solid lagi demi NKRI yang lebih baik !!
Sejak kasus Ahok masuk persidangan kita tidak pernah mendengar Presiden Jokowi berkomentar. Masa-masa kampanye yang mengharu biru juga kita tidak mendengar sedikitpun sinyal gerakan Pak De. Pak De bak pertapa pergi bertapa brata meninggalkan sohib kentalnya Ahok, co drivernya saat pilgub 2012 lalu.
Banyak orang membaca Pak De meninggalkan Ahok bertarung di gelanggang pertarungan sendirian. Benarkah anggapan itu?
Selasa malam, 9 Mei 2017, di LP Cipinang, dari atas mobil komando seorang penyusup mendapat panggung untuk bersuara. Perempuan paruh baya ini mencoba memprovokasi ribuan massa dengan mengatakan rezim Jokowi lebih parah dari rezim SBY. Ocehannya itu telah menjadi viral. Videonya menyebar kemana-mana.
Sebagai komandan di mobil komando, jujur saya kebobolan. Saat perempuan penyusup itu naik ke mobil komando, saya sedang merebahkan diri di atas aspal di samping truk kontainer yang terjebak macet sekitar sepelemparan batu jaraknya dari mobil komando.
Saya sudah tidak mampu bertahan lagi berdiri di atas mobil komando. Tulang-tulangku serasa mau remuk. Tidak sanggup lagi menahan bobot tubuhku. Saya minta izin rehat sejenak. Kendali komando diambil alih oleh teman lain.
Biasanya jika ada orang ingin orasi, jika tidak saya kenal akan saya selidiki siapa dirinya. Lalu membaca air mukanya. Menanyakan sedikit siapa dia. Apa motifnya. Apa yang mau diomongkannya. Sekaligus mewanti-wanti jangan ngomong macem-macem. Memastikan dia bukan penyusup yang akan membuat gaduh. Itu standar penyaringan untuk orang yang tidak saya kenal jika mau bicara.
Seperti Mbak Ririn dari Koalisi Perempuan yang ingin orasi malam itu. Tidak mudah untuk naik ke panggung meski mereka terus mencolek kaki saya agar diberi kesempatan bicara. Ada seorang pria yang ingin bicara satu menit, juga tidak saya berikan meskipun terus merayu dan mendesak.
Ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Pertanyaannya benarkah Jokowi meninggalkan Ahok? Seperti mulut ember perempuan penyusup itu?
Setiap profesi entah itu politisi, tentara, polisi, dokter, perawat dlsb tentu sudah tahu risiko pilihan profesinya. Tentara pasti sudah ikat kontrak untuk rela mati saat perang. Polisi sudah ikat kontrak rela mati demi melawan penjahat. Dokter rela kena penyakit saat merawat pasien. Itu risiko.
Politisi pejuang berkarakter seperti Jokowi dan Ahok sadar betul ranjau hutan belantara politik Indonesia. Mereka berdua tahu jalanan berliku penuh onak duri yang akan mereka lalui.
Mereka berdua driver dan co driver yang saling mengisi saat menjadi gubernur dan wakil gubernur. Mereka sehati, sepikir dan sepergerakan dalam mewujudkan cita-cita menjadi administratur keadilan sosial rakyatnya. Muara dari tujuan mereka adalah rakyatnya.
Sejarah berkehendak lain. Jokowi naik menjadi Presiden. Ahok naik menjadi gubernur. Dalam diri Presiden Jokowi melekat jabatan presiden sebagai pemimpin tertinggi eksekutif, Panglima Tertinggi TNI dan juga melekat jabatan kepala negara. Ia menjadi pemimpin bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan lagi partisan.
Suka tidak suka, mau tidak mau kasus Ahok ini bergerak dengan banyak manuver dari elit nasional. Setiap pergerakan massa yang besar pasti ada elit yang terlibat. Apakah itu pendanaan atau juga pemikiran.
Aksi 411 dan 212 bagian dari permainan elit politik nasional. Tujuannya jelas merebut kekuasaan Jokowi. Apakah dengan cara non konstitusional ataukah persiapan modal pilpres 2019. Ahok hanya sasaran antara saja untuk menggebuk Jokowi. Ahok hanya batu untuk menimpuk Jokowi.
Kekeruhan pat gulipat dari elit politik nasional itu sekarang mulai tampak perlahan. Kekeruhan adukan mereka mulai mengendap. Kini kita sudah tahu siapa di belakang ini semua. Apa tujuannya. Apa targetnya.
Apakah Jokowi tahu hal ini? Ya jelas dong. Masak tidak tahu. Saya saja yang makannya pecel lele sama minum kopi sachetan tahu.
Jika Pak De tahu mengapa dia diam?
Nah, inilah yang oleh anak Medan disebut Pak De itu diam-diam makan dalam. Makin diam Pak De makin dalam terpuruk musuh dalam sempak itu. Hahaha
Pak De tahu musuh dalam sempak itu ingin dia bereaksi. Terselip lidah merespon kasus Ahok ini. Jika Pak De kelepasan bicara, tamatlah riwayat Pak De. Senjata berkaliber ember raksasa akan terus memberondong Pak De setiap detik.
Para cukong dibelakang siap memuntahkan uang tak berseri mendanai pembusukan Pak De. Mirip terselip lidahnya Ahok di Kepulauan Seribu kemarin. Ahok dibombardir tanpa ampun jadinya. Kalah dan masuk penjara.
Apakah Pak De tahu skenario musuh dalam sempak ini? Ya tahulah dong. Wong gue saja tahu meski makannya pecel lele dan kopi sachetan.
Pak De tahu musuh dalam sempak itu sedang membuat kubangan lumpur hidup. Jika Pak De semakin bergerak lumpur hidup itu akan menghisapnya semakin dalam. Pak De tahu di lingkaran dalamnya banyak musuh dalam sempak sedang mengincarnya agar bereaksi salah. Itulah yang diharapkan musuh dalam sempak ini.
Sayangnya musuh dalam sempak ini keliru membaca pikiran rakyat. Hukuman dua tahun penjara buat Ahok malah menjadi api bumerang buat mereka. Tanpa disangka-sangka sejuta lilin menyala di banyak kota Indonesia. Ini di luar perkiraan mereka.
Lilin-lilin ini menjadi tangan raksasa yang menolong Pak De keluar dari perangkap kubangan lumpur hidup yang dibuat musuh dalam sempak itu. Rakyat yang selama ini diam tiba-tiba bersuara dengan caranya sendiri. Spontan. Tanpa cukong dan mobilisasi. Tanpa iklan lama propaganda di rumah-rumah ibadah.
Pak De dari Papua pasti tersenyum manis. “Rakyatku ternyata tahu harus bagaimana”, dalam hati Jokowi.
Energi raksasa dari cahaya lilin yang dihidupkan dari seluruh nusantara ini menyilaukan mata musuh dalam sempak itu. Jokowi tidak sendirian. Jokowi kembali mendapat berkah dari sohibnya Ahok yang mengorbankan dirinya demi cita-cita luhur mereka. Menjadikan Indonesia maju dan disegani dunia.
Dari balik jeruji besi Ahok berkata kepada sohib seperjuangannya Jokowi ” Hei buddy…Go !! Go !! Go !! You must go..dont think about me..save our country!!!
Ahok telah merelakan dirinya demi Indonesia kita. Ia tahu bahwa tidak selamanya hidup dalam jeruji besi itu akan mengubur cita-cita keIndonesiannya. Jokowi dan Ahok sadar bahwa muara dari semua kerja keras dan dedikasi mereka adalah untuk rakyatnya. Siapapun diantara mereka akan menjadi pundak untuk memenangkan cita-cita luhur bangsa.
Jadi, salah besar jika Jokowi meninggalkan Ahok. Ahoklah yang mengorbankan dirinya kepada sahabatnya Jokowi untuk menyelesaikan misi mereka berdua. Misi menjadikan Indonesia negara maju dan berkeadilan. Bagi Jokowi menyelesaikan misi itu berarti mewujudkan nilai-nilai Ahok sahabatnya sendiri.WK
No comments:
Write komentar