Ahok Dijegal Dari Politik Karena “Pengalaman 1998”?

 

Banyak Ahoker dan simpatisannya sudah tahu Ahok adalah saksi mata dari kerusuhan 1998. Ahok melontarkan itu secara terang-terangan (sumber) (sumber). Saat itu, Bu Vero sedang hamil Sean, lima bulan lagi. Apesnya lagi, Ahok adalah saksi mata pembakaran mall Lippo Karawaci. Lebih gilanya lagi, Ahok pulang ke Pluit! Pada saat itu, Tangerang-Jakarta sudah terbilang sangat jauh sampai diledek tempat jin buang anak, bahkan saat saya kecil saya menganggap Tangerang kota kecil dan tidak akan bertumbuh seperti sekarang.

Tuhan mengamankan Ahok meski beliau pasrah saja menjadi sasaran, berhubung beliau melihat kekejaman yang dilakukan terhadap Etnis Tionghoa. Nah, Ahok bisa saja menjadi saksi kunci lho kalau 1998 dibuka! Ahok lihat sendiri, mencatat sendiri, ditambah Ahok kita kenal sebagai orang dengan pengetahuan dan ingatan cukup super. Mungkin ketakutan Ahok pada saat itu tambah menanamkan peristiwa ini dalam benaknya.

Apalagi gelagat Jokowi dan Habibie adalah membuka pelanggaran HAM 1998. Kasihan, mereka berdua sudah dituntut banyak sekali aktivis dan masyarakat supaya cepat-cepat buka kartu siapa di balik 1998. Masyarakat sudah resah dengan tidak pernah jelasnya siapa yang bersalah pada kasus 98. Masyarakat ingin otak kerusuhan 98 mendapatkan balasan yang setimpal.

Bagaimana tidak ingin balasan setimpal atau keadilan bagi si aktor kerusuhan? Banyak yang lari ke luar negeri. Banyak yang kurang persenjataan jadi korban penyiksaan, pemerkosaan, dan penjarahan. Ada yang merasakan efeknya sampai sekarang: rasisme.

Mengapa Ahok bisa dijadikan saksi yang berpengaruh seandainya ke depannya semua tentang 1998 akan dibuka? Tentunya karena sosok Ahok. Orang sudah memiliki trust yang tinggi ke Ahok sehingga mereka lebih percaya apa yang dikatakan Ahok tidak asal bunyi. Berbeda dengan trust orang ke BPK yang menjual beli babi (eh salah BPK), eh status WTP. Ahok juga punya daya ingat superkuat – heran saya padahal banyak teman saya seumuran dan lebih muda sedikit dari Ahok sudah pelupa. Apalagi ini peristiwa yang hampir-hampir membuat Sean tidak lahir ke dunia.

Ahok juga sudah punya pengaruh sana-sini, sehingga kaki Ahok selalu membawa hoki bagi tanah yang diinjaknya. Radio memecahkan rekor tertinggi viewer di YouTube, tukang bunga satu Ibukota senyum-senyum lihat duit THR, kalau tidak inisiatif stop entah apa yang terjadi. Disney kecipratan iklan gratis dengan Nemo di surat pembelaan Ahok.

Kalau untuk kasus 1998, ketika Ahok sudah angkat bicara soal pengalamannya soal 1998, waduh. Apalagi kalau Ahok dimintai keterangan sebagai saksi peristiwa itu. Nanti para korban 1998 yang merasa hanya mengadu ke tembok saat curhat-curhat soal apa yang dialaminya, atau hanya curhat di internet, akan berani angkat bicara di dunia nyata soal kesaksiannya.

Mengapa? Masyarakat Indonesia itu tipenya mencari sosok ketimbang menjadi sosok. Ahok menjadi sosok bagi banyak orang yang tak mampu berbicara. Sebagaimana Ahok membuat banyak orang Tionghoa jadi memperhatikan politik – bukan hanya saat Pilkada tapi sepak terjang Ahok selama 2012-2017. Nanti kalau Ahok bicara lebih blak-blakan soal 1998, banyak banget yang angkat bicara (tanpa mengenal SARA), dan ini mempermudah memperoleh gambaran kerusuhan biadab itu.

Nah, tentu ada yang tidak suka kalau ini semua terjadi! Perhatikan saat Ahok curhat-curhat 1998 itu tahun berapa. Tokoh yang terseret-seret 1998 mulai panas. Salah satunya Prabowo – yang sampai didesak Amien Rais dimahmilkan (tapi Amin Raiso menyangkal, jadinya disuruh tepati nazar jalan kaki Jakarta Jogja). Selain masalah korupsi, bisa jadi Ahok meninggalkan Gerindra karena ini. “Tidak enak” sama Prabowo. (sumber)

Mei 1998 adalah bagian dari aib negara dan masalah negara yang ditunggangi politisi busuk. Masalahnya, ini menyangkut nyawa orang. Masalahnya, seperti sejumlah pelanggaran HAM berat lain kepada orang tak berdosa, penuntasan ini sangat terjegal politik. Banyak pelaku yang ingin cuci tangan, karena tahu sangat mengerikannya akibat menanggung darah orang lain. Juga karena ingin berkuasa dan hmmm, merasa hidup abadi?

Selain para koruptor busuk dan mafia, ternyata Ahok juga berpotensi untuk membuka apa yang sebenarnya terjadi pada 1998. Makanya Ahok harus secepatnya dijegal karena berpotensi membuka kartu para
penjahat 1998, mengisi sejarah yang tak lengkap, dan tentunya meredakan amarah para korban yang tak pernah tahu siapa biang kerok kerusuhan itu. Kalau sudah begini kan bisa tertutup dosa dan pelanggaran, sehingga peristiwa sejenis bisa diulangi dan dihilangkan, biar disangka dibunuh genderuwo.swd

baca juga :

[Mengetahui Ada Hakim Yang Satu Ini, Sulit Ahok Bebas di Banding, Jaksa segera Cabut Banding!]
[Politik Hukum Rimba : Jokowi Disasar Kudeta, Gatot Offside, Kalla Bermain Api]
[Dulu Pemalu, Artis Inneke Koesherawati Kini Terpukul Akibat Ulah Memalukan Suami Terbongkar]

[Raja Salman Arab Saudi Perintahkan Intelijennya Usir Rizieq Shihab Dari Negaranya]
[Ratna Sarumpaet :aku gakpuas kalo ahok cuman masuk penjara,ahok harus keluar dari indonesia]
Begitulah pemikiran politisi busuk berlumuran darah.
“Semua pejabat yang ada hari ini, kami semua berhutang budi kepada anak-anak dan keluarga para korban. Saya kira tanpa ada peristiwa Mei 1998, nggak ada Ahok jadi Wagub DKI,” tandasnya.
http://m.liputan6.com/news/read/2051239/ahok-tanpa-peristiwa-mei-1998-tak-ada-ahok-jadi-wagub-dki

No comments:
Write komentar