Pencapaian Jokowi dalam 3 tahun memimpin yang menoreh banyak penghargaan dari luar, tidak akan berdampak dan berpengaruh pada mereka yang pro Gerindra, PKS, FPI ataupun termasuk Demokrat, meski mereka berobat masih menggunakan KIS. Tetapi pencapaian rezim saat ini justru akan membuat mereka yang mendukung Jokowi tidak mau meninggalkannya krn mereka akan berkata “tidak salah pilih” yang artinya akan memilihnya lagi dlm pertarungan 2019. Kenyataan yang ada pendukung rezim saat ini jauh lebih banyak daripada yg tidak dan pro dengan seperti disebutkan diatas.
Dengan demikian pertarungan politik (pilkada) serentak 2018 nanti yang kemudian disusul Pilpres 2019, sudah dibangun sejak dini. Isu yang amat trend kembali dimunculkan PKI Versus Islam. Pertanyaannya, kenapa isu PKI yang dipilih? karena 32 tahun Soeharto memimpin dan melanggengkan kekuasaanya berhasil mencuci otak segenap bangsa Indonesia bahwa PKI tidak bertuhan dan sangat kafir, sementara kenyataannya tidak demikian.
Di era Gusdur, doktrin-doktrin Soeharto dengan pasukan militernya dan platform golkar mulai ditepis dan Gusdur keras menantang sektarianisme agama bahkan sempat hendak mencabut TAP MPR yang melarang pemahaman marxis. Namun Gusdur ditumbangkan dengan keji oleh konspirasi terselubung Amien Cs.
Isu tersebut kembali muncul saat ini untuk menyerang rezim Jokowi ternyata seperti kewalahan, dimana justru Jokowi bukan ditinggalkan oleh para pemilihnya justru pendukungnya malah smkin cinta. Maka disiapkanlah sekaligus munculah tokoh yang selalu sibuk dan piawai dalam hal pelengseran yaitu Amien Rais. Dalam pilkada DKI nama Amien Rais muncul kepermukaan, dan sekarang sedang hot-hotnya, baik bicara soal DPR, KPK, HTI, PERRPU, dsb. Disisi lain Demokrat pimpinan SBY yang kini lebih banyak diam tentunya akan bikin kejutan kembali, yang jelas bukan lagi dengan istilah “lebaran kuda”.
Maka sudah sepatutnya generasi muda untuk menyimak orang-orang tua yang mengacau, jika itu anda anggap benar maka dukunglah pertahankanlah, jika itu jelas tidak benar, maka bangkitlah melawan, tidakah Indonesia ini bosan dipenuhi tua-tua pengacau sekaligus impoten.
Apa yang kau harapkan dari DPR, Tembok Perwakilan Rakyat kini buta dan tuli, DPR tidak bersinergi ataupun harmonis dengan pemerintah, dan kehilangan hakikat serta fungsi dari kelembagaan itu sendiri, karena yang dipikirkan sekaligus dilakukan hanya untuk kepentingan Partai. Maka tak usah heran jika korupsi berjamaah ada di dalam gedung tersebut yang uangnya mengalir ke partai-partai selain kantong pribadi. Tidakkah kita muak?
Yang berkecukupan atau menengah keatas mungkin biasa-biasa saja, tapi jika kita lihat mereka yang betapa sulitnya mendapat pekerjaan, mereka yang kelaparan tertidur di depan ruko dan pinggir jalana, mereka yang dipelosok yang hanya makan umbi-umbian, dst. Dan mereka itu menitipkan amanah untuk disuarakan yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Si Dewan justru lebih menyibukkan diri berkolaborasi dengan para elite politisi untuk sama-sama menumbangkan kekuasaan untuk kekuasaan. Sementara pemegang kekuasaan saat ini yaitu Jokowi sedang fokus untuk memperbaiki negeri ini yang sedang oleng, hal ini dapat dilihat dari etos kerja dan pendekatan kepada riil rakyat menengah bawah, seharusnya DPR mendukung jika mereka suara rakyat.
Yang amat ironis partai-partai besar yang selalu bicara atas nama rakyat, ormas-ormas keagamaan yang selalu bicara atas nama ketuhanan, DPR yang merupakan perwakilan rakyat, politisi yang selalu bicara atas nama kebaikan bangsa, bersatu padu memusuhi, menyerang, melengserkan, mengacau, mendikte, rezim saat ini yang banyak dicintai rakyatnya. Seharusnya mereka justru mendukung, kenapa tidak? Karena keserakan itu tanpa batas.
Kekuatan rezim saat ini bisa tetap bertahan karena kekuatan rakyat yang mencintainya. Dan mereka yang hendak menumbangkannya tentunya sangat sulit, terlihat dari beragam isu yang disajikan terpental satu-persatu, mereka lupa rakyat bersatu tak bisa dikalahkan dan kenyataan yang harus mereka terima, rakyat yang mencintai Jokowi jauh lebih banyak dari yang mendukung mereka.
Maka tak heran jika nama seperti Amien Rais, muncul kembali, DPR gaduh kembali, para politisi saling membabi buta, hanya untuk menumbangkan rezim saat ini tetapi dengan nafas yang tersengal-sengal karena selalu gagal.
No comments:
Write komentar