Tersiar kabar kalau saat hari suci bagi saudara kita umat Hindu di Bali selasa kemarin terjadi insiden Pecalang asal Banjar Samping Buni bernama Ketut Warta, terlibat aksi saling pukul dengan warga bernama Putu Abdullah.
Aksi saling pukul itu dibenarkan oleh petugas jaga Pos Polisi Monang Maning, Denpasar Barat. Petugas itu mengatakan, masalahnya berawal dari kesalahpahaman antara Putu Abdullah dan Ketut Warta.
Aksi saling pukul antara Abdullah dengan Warta berawal saat Abdullah dihentikan ketika hendak menuju ke masjid untuk menunaikan shalat dzuhur. Saat diberi tahu oleh pecalang agar melaksanakan shalat berjamaah di masjid terdekat, Abdullah mengaku sudah hendak kembali.
Abdullah mengaku memilih shalat ke masjid yang lebih jauh, karena masjid itu memang menjadi tempat dia melaksanakan shalat sehari-harinya. Namun saat diberitahu bahwa ada ketentuan selama Nyepi agar mereka yang hendak shalat berjamaah di masjid, memilih yang terdekat saja, Adullah segera menyadarinya.
“Tapi langkah saya kembali dihentikan, akhirnya terjadi aksi saling pukul. Tapi bukan saya yang memulai,” katanya.
Masalahnya sudah didamaikan dan kedua belah pihak telah menandatangani pernyataan perdamaian. “Hanya kesalahfahaman saja, namun keduanya sudah saling menyadari dan sudah saling memaafkan,” “Ini hari suci bagi saudara kita umat Hindu, yang harus kita jaga suasana khusyuknya,” ujar Bambang.
Provokasi Apa Yang Dilakukan Fanspage MetroTivu?
Jadi didalam fanspagenya ini, dia mengupload sebuah konten yang berisikan didalamnya sebuah berita, yang mana berita itu merupakan sebuah berita “cached” dimana memang berita itu keluar di laman Republika namun beritanya sudah dirubah menjadi lebih baik. Karena awal berita itu keluar di laman Republika memang seperti “terburu-buru” belum sempat ada proses editing, sudah langsung terpublish, setelah mengalami proses verifikasi, maka terbuatlah berita yang benar, bukan berita yang sebelumnya.
Sedangkan apa yang diupload oleh Fanspage Metrotivu dan sejenisnya ini, menghiraukan berita yang sebenarnya, mereka tetap memakai berita yang lama mengcopy pastenya, sebagai acuan untuk provokatif.
Beragam judul yang keluar pada laman Google yang kesannya beragam, ada yang provokatif dan ada juga yang hanya sekedar berita. Tapi sayangnya terlihat lebih banyak yang prokativ ketimbang hanya sekedar berita.
Beda Media, Beda Berita.
Foto Ketut Warta
Sebelumnya dilaman Republika tersiar kabar kalau Dia (Abdulah) membantah dikatakan memukul lebih dulu, namun dia mengakui sudah ada perdamaian yang dilakukan di Pos Polisi Monang Maning
Sedangkan pada laman Tribunnews tersiar kabar kalau “Ya tadi saya hentikan pelaku yang lagi mengendarai sepeda. Nggak tahu kenapa dia pukul saya,” ucap Ketut Warta.
Artinya bisa terlihat dua berita yang berbeda, berita pertama keluar pertama kali oleh Tribun pukul 14.45 sedangkan di Republika jam 19.56 artinya sudah berlangsung cukup lama, dan berita yang pertama kali keluar adalah dari pihak Tribun.
Kita disini bisa berspekulasi akan kejadian dari dua sudut pandang yang berbeda, dari yang dirasakan oleh Abdulah pada laman Republika, dan Ketut Warta pada laman Tribun.
Kalau dibilang Siapa yang Salah? Menurut Saya Abdulah yang Salah
Mengapa Abdulah menurut saya salah? Logika sederhananya begini. Kita semua tau kemarin adalah hari suci yang terjadi setahun sekali. Harusnya sebagai muslim lebih menghargai umat lain sebagai saudara kita juga setanah air dan sebangsa.
Peraturan tidak melarang umat muslim di Bali untuk tidak sholat berjamaah ke Mesjid. Patut dicatat hal tersebut. Anjuran sholat dimesjid tetap boleh dilakukan, tapi tidak pada mesjid yang lokasinya jauh.
Kalau sholat di lokasi yang cukup jauh, artinya itu sudah melanggar ketentuan yang selama ini sudah terjalin selama puluhan tahun sejak Indonesia Merdeka. Kesalahan terletak pada Abdulah yang tidak menghargai ibadah umat lain,
Mengambil contoh saja nih. Kalau saat bulan puasa, bagaimana sikap FPI itu kepada para rumah makan? Digerbek. dipaksa tutup, di rajia, semua di jaga dengan ketat, tujuannya untuk apa? Menghargai umat muslim yang sedang berpuasa, agar tidak tergoda dengan makanan.
Niat FPI itu sama dengan niat para Pecalang Bali. Tujuannya sama-sama untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, ada yang melanggar ya ditindak.
Jelas kan maksud dari pecalang Bali yang mengingatkan Abdulah? Tapi tetap, namanya Bumi Datar, namanya umat islam diganggu, mau salah sekalipun tetap dianggap benar, tetap di “Bela” seakan-akan umat muslim itu tidak pernah berbuat salah, cuma selain “non-musli”m lah yang selalu salah dimata Bumi Datar
Saya juga muslim, saya melihat muslim saya salah ya saya kritik, bukan malah dibela. Saya sedih melihat sifat-sifat Bumi Datar yang terprovokasi oleh media-media abal-abal selayaknya fanspage penebar kebencian metrotivu ini.
Pingin rasanya media seperti ini punah dari dunia maya, agar kembali tercipta rasa damai pada bangsa ku yang sudah merdeka puluhan tahun ini. Kembali ke Indonesia yang tenang dan menjunjung tinggi nilai solidaritas, terlebih terhadap sesama umat beragama.
Link Berita Tribun pecalang dipukul saat nyepi
Link Berita Utama republika insiden kecil warnai nyepi di bali
Link Setelah Cached http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/03/28/onizyg361-salah-paham-pecalang-pukul-mualaf-yang-sedang-shalat
Link Sebelum Cached http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:j8OyIvtgjF4J:www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/03/28/onizyg361-salah-paham-pecalang-pukul-mualaf-yang-sedang-shalat+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id
No comments:
Write komentar