Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyambangi kantor pusat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan jelang berakhirnya program pengampunan pajak pada Senin (27/3/2017). (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)
Jakarta , Sejak kembali ke tanah air dan duduk di kursi kabinet pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), nama Sri Mulyani selalu ramai diperbincangkan.
Sebagai Menteri Keuangan, sosoknya terkenal gigih dan punya etos kerja cemerlang. Tak heran apabila banyak pencapaian yang sudah diraihnya termasuk dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik di Asia versi Majalah Finance Asia.
Perjalanan karier yang panjang harus ditempuh Sri Mulyani hingga bisa sampai di titik ini.
Melansir Bloomberg, Rabu (29/3/2017), sejak kecil putri dari pasangan almarhum Profesor Satmoko dan almarhum Profesor Dr Retno Sriningsih Satmoko memang sudah dididik dengan berbagai nilai-nilai kehidupan agar kelak bisa tumbuh sebagai sosok yang berguna bagi masyarakat.
Pepatah "buah tidak jatuh dari pohonnya" cocok menggambarkan bagaimana Sri Mulyani dan kakak adiknya dibesarkan.
Ayah dan ibunya merupakan guru besar Universitas Negeri Semarang. Sejak kecil, pasangan suami istri ini menganjurkan anak-anaknya untuk menjadi dokter, insinyur atau dosen. Alasannya sederhana, ketiga profesi tersebut memiliki reputasi yang baik di lingkungan masyarakat.
Hal inilah yang membuat Sri Mulyani dan saudara-saudaranya tumbuh menjadi orang-orang yang berprestasi dan berpendidikan tinggi. Hebatnya, di bangku sekolah dan kuliah, prestasi mereka selalu menonjol, sehingga biaya sekolah gratis dan mendapat beasiswa kuliah di dalam dan luar negeri.
Mayoritas kakak dan adik Sri Mulyani menyandang gelar master dan doktor. Hanya satu orang yang bertitel sarjana dan seorang lagi bergelar profesor.
Meski profesi mereka beragam, rata-rata mereka juga mengabdikan diri sebagai pendidik sebagaimana ayah-ibu mereka.
Kehidupan yang dilalui Sri Mulyani semasa kecil memang tidak jauh berbeda dengan keluarga pada umumnya. Walau begitu, ia menuturkan ada tiga poin penting yang selalu ditanamkan orang tuanya ketika mendidik anak.
Pertama, mereka dididik untuk selalu bersama dan kompak dalam urusan apapun. Kedua, anak-anak juga dianjurkan untuk aktif dalam kegiatan luar sekolah. Dan yang ketiga, orang tuanya juga selalu menjadikan membaca sebagai kebiasaan dan hobi dalam keluarga.
"Kami memang dibiasakan hidup dengan apa yang kami miliki, tidak berangan-angan yang macam-macam, jujur, tidak mengambil milik orang lain, dan tidak materialistis," ujar Sri Mulyani.
Di bangku kuliah, jiwa sosial dan pemikiran Sri Mulyani mengenai hal-hal berbau politik mulai berkembang. Saat berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi, ia melihat banyaknya kesenjangan yang dialami mahasiswa yang bukan berasal dari kalangan berada.
"Perasaan dikucilkan itu sangat terasa. Jika Anda bukan salah satu dari orang berpengaruh atau bukan teman mereka, maka jalur karier yang akan didapat pun sangat berbeda. Hal inilah yang menjadi pengaruh kuat bagaimana saya melihat tentang ekonomi dan perekonomian di Indonesia," tuturnya.
Sri Mulyani memang bukan berasal dari kalangan berada. Namun ia mampu membuktikan diri sebagai mahasiswi berprestasi yang bisa mendapat kesempatan untuk berkuliah di luar negeri lewat jalur beasiswa.
Lewat kesempatan yang didapatnya, ia mampu bersekolah hingga jenjang doktor di University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat di tahun 1998 hingga 1992.
Ia juga pernah menjabat sebagai kepala riset di Universitas di tahun 1998 ketika kerusuhan ekonomi melanda Indonesia.
Perjalanan karier hingga duduki kursi menteri
Menkeu Sri Mulyani memberikan paparan kebijakan Indonesia saat Indonesia Economic Quarterly di Jakarta, Selasa (17/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Sekembalinya dari menuntut pendidikan di luar negeri, Sri Mulyani bekerja sebagai pengamat ekonomi dan Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI).
Pada 21 Oktober 2004, dia ditunjuk sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia ke-8, pada masa Kabinet Indonesia Bersatu.
Saat Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan perombakan kabinet, Sri Mulyani digeser menjadi menteri keuangan menggantikan Jusuf Anwar.
Pada 2008, dia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI).
Pada periode 2008-2009, perekonomian dunia terpuruk hingga minus 1,7 persen. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan di atas 4 persen.
Masih banyak prestasi yang ditorehkan Sri Mulyani, sehingga ketika purnatugas menjadi Menteri Keuangan ia didapuk sebagai Managing Director dan Chief Operating Officer World Bank.
Hingga akhirnya diminta pulang ke Tanah Air untuk membantu Kabinet Kerja Jokowi-Jk Jilid II sebagai Menteri Keuangan.
Sri Mulyani juga masuk sebagai perempuan paling berpengaruh ke-31 versi majalah Forbes pada 2015. [detik]
No comments:
Write komentar