Terima Kasih Banser NU dan Polisi, Korban Persekusi FPI Sudah Diamankan!

 


Subdit Jatanras Polda Metro Jaya akhirnya mengevakuasi seorang remaja berinisial M yang viral di media sosial karena status Facebook terkait sebuah ormas Islam, FPI. Di dalam video tersebut, nampak M dikerumuni oleh sejumlah orang sambil dipaksa untuk membacakan permintaan maaf yang dibubuhi materai senilai 6000.



Orang-orang yang melakukan penyiksaan maupun persekusi terhadap Mario, merupakan sekelompok pengecut yang membuktikan bahwa anak ini justru lebih jantan dari junjungan mereka, yaitu Rizieq Shihab. Konyol sekali, mereka memaksa anak di bawah umur untuk mengaku kesalahan.

Saya tidak mengatakan bahwa anak tersebut tidak bersalah. Bagaimana pun kita harus tahu bahwa anak tersebut memang salah, karena menghina orang yg lebih tua dan menantang. Namun pastinya lebih salah lagi jika para laskar FPI bermain hakim sendiri. Wajah-wajah orang yang melakukan persekusi sudah terdeteksi.

Orang-orang yang menganiaya baik secara verbal maupun fisik, kepada anak di bawah umur, justru lebih rentan diproses secara hukum. Hukum yang ada lebih berlapis, ketimbang apa yang anak tersebut lakukan. Anak di bawah usia 17 tahun, dilindungi oleh UU perlindungan anak.

Inilah yang menjadi sebuah hal yang harus diperhatikan. Manusia yang tidak melek hukum dan main hakim sendiri, justru akan lebih mudah dihantam oleh pihak hukum yang sah. Tidak ada sedikitpun legalitas dari perlakuan para kaum bumi datar. Ormas Islam garis keras semacam ini justru menjadi sebuah hal yang harus dihabisi.

Tentu kita harus berbangga karena ada satu ormas Islam otentik, yaitu NU, dengan Banser menolong orang-orang yang lemah. Banser NU melindungi mereka yang lemah, seperti Mario. Banser NU tidak menganiaya orang yang lemah.

“Lu masih mending ga diapa-apain. Jakarta Barat ga berbentuk lagi muka lu,” ucap seorang warga dalam video.

Tentu pembaca Seword tahu bahwa Mario salah, namun para pembaca tentu lebih tahu bahwa kesalahan laskar FPI jauh lebih besar. Di video tersebut, kita melihat bagaimana anak remaja di bawah umur tersebut di ‘toyor-toyor’ kepalanya dan ditampar. Orang-orang ini harus ditangkap! Video menunjukkan dengan jelas proses penganiayaan tersebut, dan wajah-wajah penganiayanya.



Ini adalah hal yang tidak pantas dilakukan oleh orang dewasa. Mereka memiliki emosi yang labil. Mungkin mereka melakukan itu karena mereka mulai sadar bahwa Rizieq sedang terancam statusnya dan harga dirinya. Para laskar yang panik, justru semakin menunjukkan bahwa anak remaja tersebut adalah anak yang lebih jantan dari Rizieq.


Meskipun dipaksa, anak remaja tersebut setidaknya mengakui kesalahannya. Namun lucunya, Rizieq, sudah dipermalukan sedemikian rupa oleh kasus yang menjeratnya, masih belum mengakui kesalahannya. Apakah ini artinya Rizieq memang tidak pernah melakukan sex chat dengan Firza? Oh pasti tidak, polisi miliki bukti yang kuat.

Polisi menetapkan status tersangka Rizieq bukan atas dasar main-main, melainkan memang ada bukti yang sangat kuat untuk menyimpulkan bahwa memang kasus tersebut benar-benar pernah terjadi. Rizieq jelas kalah dari remaja yang mengakui kesalahannya.



Tentu kita harus mendukung pergerakan polisi di dalam mengusut tuntas pelaku penganiayaan terhadap anak kecil. Kita tahu bagaimana NU dan Banser-nya senantiasa siap untuk melindungi. Kita pun harus mendukung langkah Banser dan Kepolisian sebagai sebuah barisan perlindungan orang-orang lemah, baik dari Islam maupun non Muslim.

Inilah yang menjadi dasar persatuan dari Indonesia. Kita tahu bagaimana pihak ormas Islam NU menjadi sahabat bagi warga Indonesia. Berbeda jauh dengan FPI, Banser dengan semangat nasionalisme melindungi kaum yang tertindas, tanpa harus menghilangkan ke-Islam-an mereka.

Saya sangat menghargai, bahkan memberikan respek yang tertinggi untuk orang-orang Banser. Kita tahu bagaimanapun juga, Mario ada indikasi menghina agama versi mereka dan mengejek Rizieq, namun Banser tidak melihat hal tersebut sebagai hal yang harus dibela. Banser berbeda jauh dengan FPI. FPI menggunakan kekuatan untuk mengintimidasi.


Sedangkan Banser NU menggunakan kekuatan mereka untuk mengayomi. Jangan sampai radikalisme dan anarkisme berbalut agama menjadi kekuatan yang dipakai untuk semena-mena mengintimidasi orang lain. Kita berharap bagaimanapun juga, Pancasila tetap harus jadi dasar negara Indonesia, tanpa harus mengurangi kadar keimanan kita.

Akhirnya Mario dan ibunya ditolong dan sudah dievakuasi oleh Banser NU dan pihak kepolisian untuk menghindari intimidasi lanjutan. Melihat bagaimana mereka menjadi orang-orang yang mengayomi warga yang diintimidasi dan ditekan. Permasalahan persekusi ini harus ditanggapi secara serius. Namun lebih tepatnya, ormas-ormas radikal tersebut harus dihapuskan untuk menghilangkan intoleransi dan ontaleransi.

Terima kasih Banser NU, terima kasih kepolisian, di dalam memperjuangkan hak minoritas. Kami tahu bahwa tidak ada untungnya bagi kalian untuk membela minoritas, namun kalian melakukan hal tersebut, semata-mata untuk menunjukkan jiwa nasionalisme kalian. Salut untuk para pejuang Indonesia!

No comments:
Write komentar