Merasa Senasib? Fahri Hamzah Mengajak Semua Menjadi #AkuAmienRais

 

Yang menyerang pak amien rais sama dengan menyerang saya… #AkuAmienRais

Waktu semua tiarap tidak berani bersikap, kami angkatan 90-an melihatnya berdiri tegak dan bersuara lantang… #AkuAmienRais


Beliau yang memulai pidato perlunya suksesi mengganti presiden Suharto secara damai. #AkuAmienRais

Saat orde baru masih kuat, usulan itu tabu dan tidak bOleh diucapkan. Seorang akademisi sederhana melakukannya. #AkuAmienRais

Maka seandainya itu didengar, transisi politik kita tidak.sekeras sekarang. Keras dan nyaris.mematikan. #AkuAmienRais

Kemudian beliau memimpin MPR (@InfoMPRRI) jangan lupa, masih sebagai lembaga tertinggi negara. #AkuAmienRais

Beliau memimpin pemilihan dan pelantikan 2 presiden yaitu KH. Abdurahman Wahid dan ibu Megawati Sukarnoputri #AkuAmienRais

Beliau memimpin MPR saat 4 kali amandemen dilakukan. Dan kita menikmati DEMOKRASI. #AkuAmienRais

Dia pejuang, Saya telah melihat keberaniannya. Maka mereka yang ingin menjatuhkan nama dan kehormatannya sakah hitung. #AkuAmienRais

Mereka mengira pak Amien akan berhenti. Selama kalian ganjil mengelola negeri ini beliau akan tetap ada. #AkuAmienRais

Ketidakpastian dan ketidakadilan ini membuatnya terus gelisah. Semua kita gelisah. #AkuAmienRais

Karena itu, Kita semua amien rais. #AkuAmienRais



Rangkaian cuitan itu diunggah oleh Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR kita yang lucu dan menggemaskan. Reaksi saya membacanya:

Lu aja keleus yang merasa #AkuAmienRais. Kita-kita jangan disuruh buat merasa seperti Amien Rais dong. Pak Fahri dan Pak Amien memang punya kesamaan sehingga wajar kalau merasa gelisah dan merasa #AkuAmienRais banget. Kok bisa?

Pada tahun 2002-2004 nama Fahri Hamzah disebut-sebut menerima 150 juta dari dana non bujeter Departemen Kelautan dan Perikanan. Saat itu yang menjadi menteri adalah Rokhmin Dahuri. Karena jengkel namanya disebut KPK serta kawan lamanya Misbakhun juga terjerat kasus Century, Fahri sampai pernah melontarkan niatnya membubarkan KPK. Namun, Fahri membantah motivasinya membubarkan KPK karena sakit hati.

“Apa urusannya dengan kasus itu. Saya tidak sakit hati karena telah disebut-sebut. Masa setiap orang kritik disebut sakit hati,”

Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/253043-fahri-ingin-bubarkan-kpk-karena-sakit-hati

Nah Amien Rais pun disebut-sebut juga menerima dana non bujeter dari Rokhmin Dahuri itu sebesar 200 juta rupiah. Namun akhirnya setelah melalui urunan kader-kader PAN mengganti pemberian dana tersebut.

Bagaimana kita mau disuruh senasib sepenanggungan dengan Amien Rais to Pak Fahri? Situ sih enak sama-sama disinyalir terima dana itu. Lah kita? Kok giliran senang dimiliki sendiri, giliran susah ajak rakyat turut merasakan?

Lagipula pembelaan Pak Fahri ke Pak Amien itu keluar dari substansi. Di sini yang sedang jadi pertanyaan adalah kok Pak Amien mau-maunya terima uang panas dari korupsi Alkes Siti Fadilah? Kenapa harus dihubung-hubungkan dengan Amien Rais sebagai seorang aktivis (dulunya)? Amien mungkin memang tidak terlibat korupsi secara langsung tapi kalau ikut menerima aliran dananya maka memang bisa dikasuskan. Apalagi kalau dianggap terlibat dalam pencucian uang hasil korupsi.

Alasan Soetrisno Bachir bahwa itu bentuk zakat, infaq, dan sedekah darinya yang diberikan ke Amien juga sepertinya kurang masuk akal. Lah emangnya Amien Rais fakir miskin dan orang terlantar kok sampai harus menerima sedekah orang lain? Kenyataannya itu digunakan sebagai bantuan operasional.

Lah memangnya kalau dulunya aktivis dan memperjuangkan reformasi maka otomatis perilaku Amien akan selalu reformis? Kan belum tentu. Lah buktinya Fahri sendiri yang dulunya aktivis juga sekarang seringkali bukannya membuat sikap yang pro rakyat malah sering mempertontonkan pernyataan atau sikap yang berlawanan. Toh namanya orang berjuang juga motifnya bisa macam-macam.

Jadi kalau Fahri Hamzah mengajak kita untuk menjadi #AkuAmienRais, cukup dijawab “lu aja sendiri…”. Ingat kata-kata Anies Baswedan ya Pak Fahri, “orang baik berkumpul dengan orang-orang baik“.swd

No comments:
Write komentar