Salam Dari Jabar Buat DKi : Memimpin Daerah Yang Kompleks Tidak Semudah Seperti Memimpin Satu Agama

 


BY MUHAMMAD SABRI ON APRIL 21, 2017POLITIK
Di masa saya sekolah dulu dan di berbagai percakapan sering sekali saya dapati orang-orang dewasa dan anak-anak kecil warga negara Indonesia menanyakan “kenapa yah Indonesia alamnya kaya raya letak negaranya strategis tetapi negaranya tidak maju dan penduduknya banyak yang miskin?”
Hari ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada mayoritas warga Jakarta karena telah memberi jawaban kongkrit atas pertanyaan tersebut, jawaban yang membuat saya tidak perlu bingung lagi menjawabnya dengan berbagai teori sosiologis, ekonomis dan politis dan sebagainya. kali ini, jika saya mendapati ada orang yang mengajukan pertanyaan seperti itu, akan saya jawab “lihat pilgub DKI 2017”.
ya, pilgub kali ini memaparkan dengan sangat jelas kenapa negara Indonesia sampai detik ini tidak menjadi negara maju.
sebelum melangkah lebih jauh saya ingin mengutip sebuah hadits
“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuranitu.” (BUKHARI – 6015).
Ya, terima kasih warga Jakarta, kalian telah menyerahkan urusan pemerintahan di provinsi anda yang menjadi barometer Indonesia kepada yang bukan ahlinya, sekali lagi terima kasih.
karena beberapa ayat yang diterjemahkan dan disalahgunakan secara SEMBARANGAN kalian telah ikut andil melakukan KEDZALIMAN terhadap jutaan orang. Kalian DZALIM, kalian DZALIM karena telah menyerahkan kepengurusan (sekali lagi, KEPENGURUSAN bukan KEPEMIMPINAN) ibu kota negara SAYA dan 250 juta orang lainnya kepada yang BUKAN ahlinya. Kalian DZALIM, ingat itu, KALIAN DZALIM.
Sekarang jelas sudah, kalian telah membuktikan kebenaran hadits Rasulullah diatas. Ini baru pilgub, berarti sangat besar kemungkinan kita kita menggunakan standar yang sama dalam pemilihan pemilihan lainnya. Wajar dunia politik kita kacau balau seperti sekarang ini. Terima kasih warga Jakarta.
Besok kejutan apa lagi yang akan diberikan warga Indonesia? Memilih orang yang mengurus negara ini karena panjang panjangan jenggot? Karena hitam hitaman jidat? Karena merdu merduan suara dalam melakukan tilawah Qur’an?
Jujur saya dulu sempat besar di lingkungan yang seperti itu, saya sempat mengalami 2 kali pemilihan gubernur Jawa Barat. Apa yang dibicarakan oleh orang orang sekitar saya mengenai Ahmad Heryawan yang waktu itu merupakan kandidat gubernur Jawa Barat? “Kang Aher hafal Qur’an”, “Kang Aher bisa baca kitab gundul”. Sekarang saya jadi ingat orang orang di sekitar saya dulu sama sekali tidak pernah membicarakan program, prestasi dan track record, mereka hanya meng elu elu kan keshalehan pribadi Ahmad Heryawan.
Hey, sesaleh apapun birokrat yang mengurus wilayah kalian, tidak akan memperbesar peluang kalian masuk surga SEDIKIT PUN, ingat itu. Se bejat apapun birokrat yang mengurus wilayah kalian juga tidak akan mengurangi kesempatan kalian untuk masuk surga SEDIKIT PUN.
Yang kalian lakukan hanya menghancurkan kesempatan kalian dan orang orang lain untuk menikmati pelayanan publik yang baik, pembangunan yang nyata dan kelegaan ekonomi yang akan menjauhkan puluhan juta bahkan ratusan juta orang dari kefakiran yang dekat dengan kekafiran. Peluang kalian masuk surga SAMA SEKALI TIDAK DIPENGARUHI oleh kesalehan kepala daerah kalian. Ingat itu dasar orang orang dzalim.
Ayat yang kalian salah gunakan itu bukan tentang pemilihan kepala daerah, ayat itu bukan tentang pemilihan gubernur, ayat itu bukan tentang pilkada. Tidakkah kalian mempelajari itu? Tidakkah kalian takut mempergunakan ayat Allah untuk agenda politik kalian? BELAJAR TAFSIR WOY! Jangan langsung percaya saja apa yang diteriakkan orang yang KELIHATANNYA mengerti agama. Gak semua pengkhotbah Jum’at yang kalian dengarkan mengerti apa yang mereka bicarakan.
Kepada saudara sebangsa dan setanah air yang tidak beragama Islam, saya tidak bisa membayangkan betapa kecewanya kalian dengan bangsa yang kemerdekaan dan kemakmurannya kita perjuangkan bersama sama ini. kalian bisa saja menjadi seorang lulusan S3 dari universitas paling unggul di dunia, meraih hadiah nobel, memiliki bergudang gudang prestasi, jujur, pekerja keras tapi dalam pilkada atau pilpres kalian bisa saja akan dikalahkan oleh orang yang buta huruf, tidak berpendidikan, tidak berpengalaman, korup dan pemalas asalkan seiman dengan mayoritas penduduk. Maafkan kondisi Indonesia yang seperti ini, maaf saudara saudara.
Oke, kedepannya apa yang kita cari? Orang yang paling merdu adzannya untuk jadi mentri keuangan? Orang yang bisa baca kitab gundul untuk jadi gubernur? Ahli tafsir untuk jadi mentri telekomunikasi? Orang yang jenggotnya paling panjang dan dahinya paling hitam untuk jadi presiden? Apa besok kalian akan memberikan kejutan lagi dengan membuat orang orang paling berprestasi dan cemerlang di Indonesia tidak bisa mendapatkan posisi strategis hanya karena tidak berjenggot, tidak bisa baca kitab gundul dan ngomong bahasa Arabnya belepotan? Terima kasih warga jakarta, kalian menjawab dengan sangat jelas kenapa Indonesia tidak maju maju sampai hari ini. Kalian telah membuktikan kebenaran hadits Rasulullah diatas, terima kasih.
Kenapa saya ngotot sekali mengenai hal ini, karena saya tidak pernah SEKALI PUN menemui pendukung Anies-Sandi yang mengatakan mereka memilih karena program, prestasi dan track record, TIDAK SEKALI PUN. terima kasih warga Jakarta.
Mulai besok jika saya atau anak anak saya bercita-cita menjadi presiden atau gubernur, akan saya sarankan mereka menghafal Qur’an dan bisa membaca kitab gundul seperti kang Aher. Karena ternyata itu yang dicari mayoritas orang Indonesia. percuma berprestasi dan berpendidikan tinggi, jujur dan pekerja keras, hal itu tidak pernah dibahas. belajar dari Aher, belajar dari pilgub Jakarta. Terima kasih warga Jakarta.
Sekarang saya tidak heran lagi kenapa Indonesia tidak maju maju sampai hari ini.
Terima kasih (sebagian besar) warga Jakarta.
Dari perbatasan provinsi ini....

No comments:
Write komentar