Siapa sangka nama Dr. Kamarudin mendadak jadi buah bibir di media sosial. Tapi bagi saya itu tak aneh. Sebab, siapapun yang ingin menjatuhkan nama Ahok dengan sebuah manuver serangan ala-ala “rudal Tomahawk”, pasti mendadak populer di linimasa.
Jadi, kalau sekarang nama Dr. Kamarudin banyak dibicarakan orang, ia dapat dianggap sukses dengan upaya mendekreditkan sosok Ahok. Tentu dengan cara yang “wah”, yang membuat warga kelurahan bumi datar tepuk tangan sambil guling-guling saking senangnya.
Sayangnya, serangan yang “wah” tadi malah berbuntut pada sebuah reaksi balik yang justru menyerang kapasitasnya sebagai seorang intelektual. Dr. Kamarudin adalah Direktur Institute of Leadership Development UI. Ada nama besar UI di balik sosok Dr. Kamarudin. Jadi apa yang keluar dari mulutnya, setidaknya, dapat merepresentasikan sebuah “kevalidan”.
Sayangnya, Dr. Kamarudin terjebak dalam bayang-bayang “peng-aku-an”. Ia merasa bahwa ia bagian dari UI, sehingga ia berhak membawa UI dalam sebuah sudut pandang tertentu soal politik juga soal Ahok. Akhirnya, nama UI pun ia catut secara “enak tinggal telan”.
Dr. Kamarudin membuat sebuah e-flyer yang ia unggah dalam akun twitternya @KamarudinUI. Begini bunyinya:
“Jika Ahok, sang penista agama, lolos dari pedang hukum, Negara nyata-nyata kalah telak. Sebelumnya Negara telah mencicil kekalahannya melalui RS Sumber Waras, Reklamasi Teluk Jakarta, UPS, Transjakarta, dan aneka penggusuran. Ahok memenangi Pilkada Jakarta? Sempurnalah Kekalahan Negara!”
Saya membaca quote di atas sedih sekaligus pengen ngakak. Bisa-bisanya yah, seorang akademisi sebuah universitas paling bergengsi di negeri ini berkata demikian. Contoh yang paling tidak dihabis pikir adalah ungkapan “sang penista agama”. Padahal, sidang kasus Ahok belum ketuk palu. Tapi Dr. Kamarudin sudah mendahului keputusan Hakim.
Itulah mengapa, pihak UI langsung memberikan sebuah pengumuman terkait pencatutan nama institusinya untuk tujuan-tujuan politik. Pengumuman yang tertanggal 8 April 2017 begini isinya:
Menanggapi Poster berisikan pernyataan Dr. Kamarudin selaku Direktur Institute of Leadership Development UI, maka melalui pengumuman resmi ini kami nyatakan bahwa pernyataan tersebut merupakan opini pribadi beliau dan bukan merupakan pernyataan resmi institusi UI.
Kami tekankan kembali dengan tegas, UI adalah institusi pendidikan yang independen dan bebas dari kegiatan politik praktis. Segenap sivitas akademika UI diperkenankan untuk bersuara, menyampaikan pendangan dan aspirasi politiknya tanpa menggunakan nama, logo, maupun atribut UI.
Kami meminta Dr. Kamarudin untuk segera menyampaikan pernyataan resmi bahwa aspirasi yang dimaksud adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili organisasi yang dipimpin.
Kami juga mengajak segenap sivitas akademika UI untuk senantiasa menjaga netralitas institusi pendidikan kita dan bersama menjaga kampus UI agar bebas dari segala bentuk politik praktis sebagaimana selama ini dipertahankan oleh UI.
Sebenarnya, surat pengumuman resmi dari UI pun sudah menjawab quote asumtifnya Dr. Kamarudin. Cuma pihak UI berupaya untuk meresponnya dengan netral. Jadi cuma isu “pencatutan” nama yang dikedepankan. Karena kalau melebar, nanti kaum bumi datar yang memadati “kampung kuning” tersebut bisa ngamuk. Repot kan jadinya. Hahaha..
Sebagai akademisi, Dr. Kamarudin sungguh mengecewakan. Ia bilang negara mencicil kekalahannya mulai dari kasus Rumah Sakit Sumber Waras. Saya jadi bertanya-tanya, yang waras ini Dr. Kamarudin atau KPK? KPK sudah nyatakan tidak ada indikasi korupsi disana. Kalau merasa tidak puas, sebagai akademisi masa Dr. Kamarudin cuma bisa nyinyir di twitter?
Palingan Dr. Kamarudin akan menggunakan jurus bumi datarnya untuk masalah Sumber Waras, yakni data dari BPK. Ya BPK, yang ketuanya ikut Panama Papers itu. Juga yang auditornya masuk dalam daftar koruptor pada kasus e-KTP. Sudah rahasia umum audit BPK bisa dibeli. Buktinya, e-KTP lolos. Kok bisa?
Soal reklamasi apalagi. Coba tuh tanya junjungannya Anies-Sandi soal reklamasi. Putaran pertama semangat banget teriak “kami akan hentikan reklamasi”. Masuk putaran kedua “kami akan ikuti aturan”. Saat salah seorang keluarga Cendana bilang “Anies-Sandi lanjutkan proyek reklamasi”, Anies-Sandi makin menciut. Saat Sandi ditekan habis oleh teman-teman pengusaha soal reklamasi, makin pelan dan senyap lah soal reklamasi teluk Jakarta.
Soal UPS, Transjakarta, dan Penggusuran, semuanya masalah yang sudah jelas dan kesimpulannya Ahok bersih dari semua itu. Masih mau salahkan negara? Saat petinggi PKS terjerat masalah impor sapi pun negara yang disalahkan. Tidak ada yang benar dalam pandangan kader PKS. Bahkan bumi pun bisa disalahkan jika ia ngotot tetap bulat.
Kalimat penutup dari quote Dr. Kamarudin yang bikin saya ngakak terpingkal-pingkal. Katanya “..Ahok memenangi Pilkada Jakarta? Sempurnalah Kekalahan Negara!”
Yang pilih Ahok atau Sandi di Jakarta itu adalah warga Jakarta. Jadi yang menang nanti adalah hasil kemenangan warga Jakarta. Negara cuma sebatas penyelenggara. Masa yang kayak ini aja enggak tahu?swd
Jadi, kalau sekarang nama Dr. Kamarudin banyak dibicarakan orang, ia dapat dianggap sukses dengan upaya mendekreditkan sosok Ahok. Tentu dengan cara yang “wah”, yang membuat warga kelurahan bumi datar tepuk tangan sambil guling-guling saking senangnya.
Sayangnya, serangan yang “wah” tadi malah berbuntut pada sebuah reaksi balik yang justru menyerang kapasitasnya sebagai seorang intelektual. Dr. Kamarudin adalah Direktur Institute of Leadership Development UI. Ada nama besar UI di balik sosok Dr. Kamarudin. Jadi apa yang keluar dari mulutnya, setidaknya, dapat merepresentasikan sebuah “kevalidan”.
Sayangnya, Dr. Kamarudin terjebak dalam bayang-bayang “peng-aku-an”. Ia merasa bahwa ia bagian dari UI, sehingga ia berhak membawa UI dalam sebuah sudut pandang tertentu soal politik juga soal Ahok. Akhirnya, nama UI pun ia catut secara “enak tinggal telan”.
Dr. Kamarudin membuat sebuah e-flyer yang ia unggah dalam akun twitternya @KamarudinUI. Begini bunyinya:
“Jika Ahok, sang penista agama, lolos dari pedang hukum, Negara nyata-nyata kalah telak. Sebelumnya Negara telah mencicil kekalahannya melalui RS Sumber Waras, Reklamasi Teluk Jakarta, UPS, Transjakarta, dan aneka penggusuran. Ahok memenangi Pilkada Jakarta? Sempurnalah Kekalahan Negara!”
Saya membaca quote di atas sedih sekaligus pengen ngakak. Bisa-bisanya yah, seorang akademisi sebuah universitas paling bergengsi di negeri ini berkata demikian. Contoh yang paling tidak dihabis pikir adalah ungkapan “sang penista agama”. Padahal, sidang kasus Ahok belum ketuk palu. Tapi Dr. Kamarudin sudah mendahului keputusan Hakim.
Itulah mengapa, pihak UI langsung memberikan sebuah pengumuman terkait pencatutan nama institusinya untuk tujuan-tujuan politik. Pengumuman yang tertanggal 8 April 2017 begini isinya:
Menanggapi Poster berisikan pernyataan Dr. Kamarudin selaku Direktur Institute of Leadership Development UI, maka melalui pengumuman resmi ini kami nyatakan bahwa pernyataan tersebut merupakan opini pribadi beliau dan bukan merupakan pernyataan resmi institusi UI.
Kami tekankan kembali dengan tegas, UI adalah institusi pendidikan yang independen dan bebas dari kegiatan politik praktis. Segenap sivitas akademika UI diperkenankan untuk bersuara, menyampaikan pendangan dan aspirasi politiknya tanpa menggunakan nama, logo, maupun atribut UI.
Kami meminta Dr. Kamarudin untuk segera menyampaikan pernyataan resmi bahwa aspirasi yang dimaksud adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili organisasi yang dipimpin.
Kami juga mengajak segenap sivitas akademika UI untuk senantiasa menjaga netralitas institusi pendidikan kita dan bersama menjaga kampus UI agar bebas dari segala bentuk politik praktis sebagaimana selama ini dipertahankan oleh UI.
Sebenarnya, surat pengumuman resmi dari UI pun sudah menjawab quote asumtifnya Dr. Kamarudin. Cuma pihak UI berupaya untuk meresponnya dengan netral. Jadi cuma isu “pencatutan” nama yang dikedepankan. Karena kalau melebar, nanti kaum bumi datar yang memadati “kampung kuning” tersebut bisa ngamuk. Repot kan jadinya. Hahaha..
Sebagai akademisi, Dr. Kamarudin sungguh mengecewakan. Ia bilang negara mencicil kekalahannya mulai dari kasus Rumah Sakit Sumber Waras. Saya jadi bertanya-tanya, yang waras ini Dr. Kamarudin atau KPK? KPK sudah nyatakan tidak ada indikasi korupsi disana. Kalau merasa tidak puas, sebagai akademisi masa Dr. Kamarudin cuma bisa nyinyir di twitter?
Palingan Dr. Kamarudin akan menggunakan jurus bumi datarnya untuk masalah Sumber Waras, yakni data dari BPK. Ya BPK, yang ketuanya ikut Panama Papers itu. Juga yang auditornya masuk dalam daftar koruptor pada kasus e-KTP. Sudah rahasia umum audit BPK bisa dibeli. Buktinya, e-KTP lolos. Kok bisa?
Soal reklamasi apalagi. Coba tuh tanya junjungannya Anies-Sandi soal reklamasi. Putaran pertama semangat banget teriak “kami akan hentikan reklamasi”. Masuk putaran kedua “kami akan ikuti aturan”. Saat salah seorang keluarga Cendana bilang “Anies-Sandi lanjutkan proyek reklamasi”, Anies-Sandi makin menciut. Saat Sandi ditekan habis oleh teman-teman pengusaha soal reklamasi, makin pelan dan senyap lah soal reklamasi teluk Jakarta.
Soal UPS, Transjakarta, dan Penggusuran, semuanya masalah yang sudah jelas dan kesimpulannya Ahok bersih dari semua itu. Masih mau salahkan negara? Saat petinggi PKS terjerat masalah impor sapi pun negara yang disalahkan. Tidak ada yang benar dalam pandangan kader PKS. Bahkan bumi pun bisa disalahkan jika ia ngotot tetap bulat.
Kalimat penutup dari quote Dr. Kamarudin yang bikin saya ngakak terpingkal-pingkal. Katanya “..Ahok memenangi Pilkada Jakarta? Sempurnalah Kekalahan Negara!”
Yang pilih Ahok atau Sandi di Jakarta itu adalah warga Jakarta. Jadi yang menang nanti adalah hasil kemenangan warga Jakarta. Negara cuma sebatas penyelenggara. Masa yang kayak ini aja enggak tahu?swd
No comments:
Write komentar