Baru-baru ini Basuki Tjahaja Purnama melakukan blusukan di Kepulauan Seribu, tempat dimana dia dituduh menistakan agama Islam. Namun siapa sangka, belum turun dari kapal, warga Kepulauan Seribu, terus berseru “Hidup Ahok-Djarot!” Saya terharu, bagaimana mungkin orang yang dituduh menistakan agama di tempat ini malah disambut sebegitu meriahnya. Logika sederhananya seperti ini, ‘Jika saya menghina seseorang, tentulah saya pasti ditolak apabila saya bertandang ke kediamannya.’
Blusukan Ahok di Kepulauan Seribu Berhasil Mengagalkan Rencana Busuk FPI – Masih begitu jelas diingatan kita, kasus penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama sebagai tersangka, begitu beraroma politik. Namun sekarang sudah berbeda, Ahok dengan tetap tenang dan menikmati status tersangkanya, hingga debat kedua Cagub berlangsung, Ahok sepertinya sudah melupakan itu semua. Toh, yang ngotot melaporkannya juga kini baru saja ditetapkan sebagai tersangka dengan kasus-kasus yang kian menjeratnya.
Namun kenyataannya, dimana orang yang merasa terhina di Kepulauan Seribu sebagaimana yang selama ini FPI tuduhkan. Bukankah jelas, FPI disini posisinya bukan sebagai pembela Islam, namun perusak Islam.
Blusukan ini, bukan hanya sekedar kampanye melainkan ada pesan penting yang ingin disampaikan Ahok kepada lawan-lawan yang ingin menjatuhkannya. Ada beberapa pesan yang bisa saya tangkap dari blusukan Ahok di Kepulauan Seribu.
1. Menyakini Umat Muslim Indonesia Dia Tidak Bersalah
Sempat simpang siur apakah benar Ahok melakukan penghinaan atau tidak, namun jumlah massa 411 dan 212 sempat membuat paradigma sebagian besar umat Muslim percaya, bahwa Ahok sang penista agama. Ahok melihat ini sebagai sebuah keseriusan, dia tidak ingin dituduh sebagai sang penista, karena dengan tuduhan itu, dia juga sudah menistakan saudara angkatnya. Jadi, ketika meminta maaf tidak bisa menyakini umat Muslim bahwa dia tidak bersalah, satu-satunya cara adalah datang langsung ke TKP (Tempat Kejadian Perkara), cara ini terbukti ampuh untuk menyakini Muslim Indonesia terkhusus Jakarta, bahwa bagaimana mungkin dengan status tersangka Ahok, dia disambut begitu antusias oleh warga yang menyaksikan langsung pidato Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu.
2. Mengagalkan Rencana Busuk FPI
Ini hal penting untuk diketahui, semenjak kasus penistaan agama Islam yang dituduhkan kepada Ahok, massa dari FPI terus mendampingi jalannya persidangan, mewanti-wanti, serta menekan Hakim untuk segera memenjarakan Ahok. Namun cukup hanya satu perjalanan blusukan, Ahok membuat massa FPI kian bungkam, ketika tahu Ahok disambut bak pengantin di Kepulauan Seribu. Bisa dipastikan di persidangan berikutnya, jumlah massa yang menuntut Ahok dipenjara akan berkurang, pergi satu per satu. Toh, warga asli Kepulauan Seribu gak ada yang protes kok.
3. Mendapatkan Simpati Warga Jakarta
Kasus tersangka ternyata membawa banyak untung daripada ruginya kepada Basuki Tjahaja Purnama. Dari berbagai kalangan sampai ulama pun berdatangan membela Ahok, salah satunya dari warga Kepulauan Seribu “Pak Ahok..Pak Ahok, semangat Pak.” Dan tak jarang juga warga bernyanyi untuk menyemangati Basuki Tjahaja Purnama “Pak Ahok siapa yang punya, yang punya kita semua,” nyanyi mereka dengan semangat.
Melihat dukungan yang besar kepada Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu, sepertinya rakyat Kepulauan Seribu tidak peduli dikatakan kurang beriman karena memilih pemimpin kafir seperti mana yang dikatakan Habib Novel “Warga Kepulauan Seribu kurang beriman.”
Memang kalau kita bekerja untuk kebenaran, sering sekali banyak orang yang menentangnya. Ketika kita ingin membuat perubahan, tak jarang ada golongan-golongan tertentu yang mencoba untuk menghentikannya karena merasa dirugikan. Itulah yang sedang dikerjakan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot, dan kita harus berdiri dipihak yang mau melakukan perubahan kearah yang lebih baik, tanpa pandang agama, ras, atau suku.
Sumber:http://www.cnngrup.com/ w.pd
Demian semoga bermanfaat,terima kasih.
No comments:
Write komentar