Aksi Bela Ulama Yang Digelar di Kalimantan Barat, akhirnya bentrok dengan aksi Gawai warga dayak, hal ini meski sudah diantisipasi dengan pihak keamanan ternyata akhirnya bentrok juga, hal ini adalah akibat adanya warga warga yang ternyata bergesek, yaitu yang ingin mendemo Gubernur Cornelis dengan tajuk Bela Ulama, dan Aksi Gawai Warga Dayak yang ingin menyerukan hari kebangkitan nasional, sampai saat ini masih belum jelas apa yang membuat terjadinya bentrokan, tapi pengamanan sudah ketat dan siap
VIDEO DARI SISI MASSA BELA ULAMA
Hal ini padahal sudah diantisipasi sebelum adanya kegiatan, dimana berbagai satuan aparat bahkan TNI sudah dilokasi
WARGA BERHARAP AMAN
Pengamanan oleh ribuan aparat gabungan TNI/Polri mendapat apresiasi dari masyarakat. Upaya aparat tersebut diharapkan dapat membuat situasi tetap kondusif.
Ainul misalnya. Warga Desa Durian ini menilai pengamanan yang dilakukan itu sangat baik dan perlu guna mencegah terjadinya pertikaian dua kelompok. Ia mengapresiasi langkah aparat yang cukup sigap dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk.
"Bagus, karena agar kota kita aman," katanya di Pontianak, Jumat (19/5) malam. Sebab, lanjut dia, warga memerlukan rasa aman agar segala aktivitas bisa berjalan dengan baik. Apalagi saat ini bertepatan dengan event budaya Pekan Gawai Dayak.
Ia juga mengingatkan bagi pihak yang sedang menggelar pawai dan gawai agar tetap memperhatikan rasa aman. Menurutnya, perselisihan dan atau ketegangan antarkelompok yang sempat terjadi lebih baik diselesaikan dengan cara dialog.
Warga lainnya, Hariadi pun tidak mempersoalkan pengamanan yang dilakukan aparat. Sebab, hal itu dilakukan sebagai bentuk kesiapan polisi dalam mengantisipasi hal yang tidak diinginkan saat berbagai macam isu tersebar luas. "Kalau udah ade pengamanan, berarti Insya Allah bise aman," ujarnya. Ia berharap pengamanan itu tidak mengganggu aktivitas dan jalur pawai yang sudah dijadwalkan.
Wandra Irfandi, seorang warga lain juga berpendapat senada. Ia tidak terlalu mempersoalkan jika jumlah aparat yang dikerahkan mencapai ribuan orang. Menurutnya, polisi sudah memiliki analisis khusus sebelum melakukan pengamanan. "Kadang kala polisi berlebihan menanggapi situasi, tapi mungkin itulah analisis dari kepolisian,” katanya.
Sementara itu, Demanhuri, seorang warga lain berpendapat, pengamanan yang melibatkan ribuan personel polisi dan TNI terkesan berlebihan. Apalagi sampai mendatangkan ratusan personel Brimob dari Jakarta. Soalnya, kondisi yang ada di Kota Pontianak saat ini dinilainya aman-aman saja.
Namun ia tidak memungkiri bahwa langkah yang dilaksanakan aparat ini didasari oleh pertimbangan khusus. “Sebagai orang awam kita bingung ada apa? Sementara kondisi sekarang aman-aman saja. Tak perlu lah sampai didatangkan dari jauh-jauh (Brimob). Tetapi mungkin juga aparat punya indikator sendiri, kita tidak tahu,” ujarnya.
Hanya saja, kata Demanhuri, pengerahan ribuan personel pengamanan terkesan tidak sejalan dengan semangat Deklarasi Damai para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu di Polda Kalbar.
“Jadi bagaimana dengan komitmen perdamaian itu? Seharusnya tokoh-tokoh yang ikut deklarasi damai tersebut dapat menindaklanjutinya ke tingkat basis massa masing-masing. Sampaikan ke tingkat bawah supaya semua bisa damai. Dengan demikian, pengamanan tidak perlu berlebihan,” jelasnya.
Mengenai aksi pada 20 Mei, menurutnya hal itu lumrah terjadi mengingat hari tersebut adalah Hari Kebangkitan Nasional. Di setiap Hari Kebangkitan Nasional, sejak zaman Soekarno, aksi-aksi dan seremonial-seremonial selalu ada. “Itu sudah konsekuensi kita sebagai negara demokrasi,” ujarnya.
Sementara itu Kabidhumas Polda Kalbar, AKBP Sugeng Hadi menyebutkan bahwa pihaknya telah merencanakan pengamanan untuk mencegah dan mengantisipasi segala potensi kerawanan yang dapat mengganggu kelancaran Pekan Gawai Dayak dan Pawai Akbar dalam Aksi Damai 20 Mei ini.
Polresta Pontianak Kota di-back-up Polda Kalbar dan Korbrimob Polri melibatkan kekuatan 2.061 personel (belum termasuk TNI). Pada Sabtu (19/5), Apel Gelar Pasukan Polri, TNI serta Instansi terkait, telah dilaksanakan di Alun-alun Kapuas dipimpin langsung Kapolresta Pontianak Kota Kombes (Pol) Iwan Imam Susilo, Walikota Pontianak Sutarmidji dan Dandim 1207/BS Kolonel Infanteri Jacky Ariestanto.
Pada Sabtu (19/05) pagi, personel pengamanan sudah akan ditempatkan di titik-titik tempat pengamanan yang dilewati rute pawai dan tempat kegiatan utama, untuk memantau kesiapan sekaligus mengenali lingkungan sekitar.
Sementara tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian, menurutnya personel harus menerapkan fase-fase penanganan massa sesuai dengan standar operating procedure (SOP) dan protap. Di antaranya dengan pendekatan tidak menggunakan senjata api, hingga fase kelima menggunakan security barier, water canon dan gas air mata.
“Tapi kalau aksi sudah anarkis, pembakaran, pembunuhan dan membahayakan masyarakat serta petugas, maka yang menangani adalah kompi anarkis Brimob yang dibekali dengan peluru hampa, karet, dan tajam. Senjata ini sebatas melumpuhkan. Tahapan ini dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat,” pungkas Kabidhumas Polda Kalbar.
Seperti diberitakan, ada rencana aksi pada 20 Mei 2017. Aksi itu dipicu oleh isi pidato Gubernur Kalbar, Cornelis beberapa waktu lalu yang dinilai provokatif. Aksi memprotes pidato tersebut telah beberapa kali berlangsung.
Namun, Kamis (18/5), para tokoh masyarakat, tokoh agama dan organisasi kemasyarakatan telah melakukan penandatanganan deklarasi damai yang difasilitasi Polda. Gubernur Kalbar, Cornelis pun telah mengklarifikasi tentang video pidato dirinya yang sudah tersebar di media sosial. Sementara, pada 20 Mei, juga digelar Gawai Dayak di Rumah Radakng. (mse/*)
DARI BERBAGAI SUMBER
Lucunya aksi ini - tentu secara sepihak akan saling menyalahkan, dari kubu pendukung FPI jelas mereka akan berbicara sepert ini,,, dan tentunya sangat lucu ketika kesalahan itu dilimpahkan kepada gubernur KALBAR CORNELIS,, padahal kita tahu dimana mana bentrokan itu adalah akibat seperti ni,,,
Perlu Dicatat Kembali - Bukan Hanya Pontianak Dan Kalimantan Barat saja yang menolak FPI, berbagai elemen masyarakat bahkan sudah dulu menolak mereka, simak berbagai aksi penolakan terhadap FPI diberbagai daerah !! - minahasa menolak FAhri jelas akan menolak juga terhadap FPi dan sejenisnya
FPI merupakan organisasi yang berdiri atas nama Front Pembela Islam, atas dasar apa mereka bertindak sebagai pembela islam jika di negara ini sudah ada badan hukum sendiri, mereka membela atau menggunakan hukum islam yang belum tentu cocok dengan hukum konstitusional negara kita, karena negara kita adalah negara Bhineka Tunggal Ika yang tidak hanya cocok buat satu Agama Saja, karena negara kita Mengakui adanya 5 Agama Sah yang layak untuk dipertimbangkan semua, jika muncul suatu organisasi yang mengatasnamakan Agama dan kemudian merusak atau bertindak seperti badan hukum kepolisian, lantas 4 Agama lainnya apakah merasa dihormati? apakah Polisi Merasa Dihormati, paling tidak itulah menjadi dasar kuat masyarakat Banyumas menolak penuh kehadiran FPI di kotanya, Untuk Kota Anda Bagaimana ?? Mari Kita Baca Keadaan Banyumas yang tanpa ada FPI
(wartabali.net)
No comments:
Write komentar