Ketakutan selalu menyedihkan. Karena ketakutan itu menyedihkan maka manusia mencoba menggunakan segala cara dan upaya untuk menundukkan rasa ketakutan itu. Salah satu ciri ketakutan akut adalah memilih jalan yang bertentangan dengan hati nurani. Sola ketakutan ini paslon gubernur Jakarta dan wakilnya nomor 3 terlihat sedang berat mengalaminya. Di putaran pertama, Anies Baswedan mendekati kelompok garis keras muslim, lalu bisa bertahan ke putaran kedua. Lha ini mendekati putaran 2, ruh ketakutan kembali mencengkeramnya, hingga diapun mendekati kelompok garis keras Kristen.
Aroma ketakutan menghadapi kekalahan itu nampaknya semakin terasa kuat menyelimuti kubu Anies Baswedan. Ketakutan yang menjadikannya melakukan berbagai blunder politik. Sudah tidak terhitung berapa blunder yang dilakukannya, sebelum heboh tentang yang hendak saya tulis, sebelumnya lebiha dahulu heboh soal mangkirnya dia ke debat di kompas TV. Persoalan mangkir atau menlak debat itu sebenarnya soal kebebasan menentukan pilihan, namun jika mengingat dulu Anies sempat mengejek Mas Agus Yudoyono, saat enggan datang ke festival gagasan (istilah Anies) untuk debat calon gubernur, maka sekarang publik bisa menilai kualitas kepribadian seorang Anies Baswedan.
Saya tidak akan menulis soal Anies Baswedan takut debat sehingga tidak datang, namun akan menulis soal pernyataan seseorang yang mengaku penginjil yang menyatakan dirinya mendukung paslon nomor urut 3. Melihat gaya dan corak beragamanya (saya enggan mengatakannya corak bergereja), maka saya berani menyebutnya sebagai kelompok Kristen Garis Keras. Persoalan dukung mendukung silakan saja, namun saat mengatasnamakan kelompok tertentu dan tanpa persetujuan, maka ini boleh dinamakan pemerkosaan. Berita tentang rencana deklarasi umat nasrani Jakarta untuk mendukung paslon 3 dimunculkan oleh salah satu portal berita online okezone.com (berita DI SINI )
Okezone adalah salah satu media online milik pendukung setia paslon nomor urut 3 menyatakan bahwa seseorang bernama Tiara Panggabean yang mengaku penginjil akan mengadakan deklarasi dukungan ke paslon nomor urut 3 pada tanggal 11 april bersama para pendeta atau hamba Tuhan dan umat nasrani Jakarta (Berita DI SINI ). Jujur saya heran, apa alasan yang menjadikan si Tiara Panggabean ini mengklaim atas nama umat nasrani Jakarta?
Setahu saya di Jakarta dan juga di Indonesia tidak mono denominasi (aliran ajaran gereja) namun sangat majemuk. Dan salah satu yang saya mengerti di Jakarta ada komunitas kristen dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) dan saya bagian darinya meskipun saya tinggal di Jawa Tengah. Saya paham ajaran gereja kami (GKJ) karena saya sudah sekitar 14 tahun mendalaminya. Ajaran kami dengan jelas dan tegas, memisahkan antara gereja (ruang iman) dengan politik praktis. Bukannya gereja alergi terhadap politik namun gereja tidak melibatkan diri dalam hingar bingar politik praktis. Gereja sadar akan politik dan oleh karenanya gereja mengadakan pendidikan politik ke warga gerejanya.
Dengan demikian, apa yang dideklarasikan oleh si seksi Tiara Panggabean adalah kebohongan. Mengapa saya berani mengatakan kebohongan? Karena dia ngawur mengatakan umat nasrani (dan saya kok ragu dia bisa membedakan antara kristen dengan nasrani) Jakarta mendukung pasangan nomor 3. Mungkin kalau dia mengatakan bahwa sebagian (sangat kecil) umat nasrani di Jakarta akan mendeklarasikan dukungan ke paslon 3, silakan saja, itu hak pribadi masing-masing manusia.
Kisah Tiara Panggabean adalah fakta bahwa di kalangan kristenpun kelompok garis keras itu ada. Mereka tidak berpikir mendalam terkait apa yang dikemukakan atau diungkapkan. Bahkan mereka beriman dengan sangat kaku. Kitab suci dilihat secara tekstual, hanya yang tersurat yang diyakini sedangkan yang tersirat tidak dimengertinya. Mereka tidak mengenal apa itu pendekatan etis, hisotoris, teologis, eklesiologis dan yang lain. Yang ada di kelompok mereka adalah seberapa menguntungkan untuk dirinya. Kelompok garis keras kristen biasanya (tidak semuanya lho ya) menggunakan konsep teologi sukses. Nah, bagi mereka yang menjajikan kesenangan dan berani memberi fulus yang akan didukung.
Saya menduga mereka, kelompok garis keras kristen itu, kecewa dengan Ahok yang cuek bebek kepada mereka. Bukankah beberapa waktu yang lalu ahok menolak memberikan kemudahan kepada sekelompok pendeta yang meminta fasilitas kepadanya sebagai gubernur yang kristen? (Berita DI SINI ). Dan saat kecewa dengan harapan mereka terhadap Ahok, maka mereka mengalihkan cinta mereka ke pasangan lain, meski berbeda.
Ini yang menarik. Kaum garis keras itu selalu mampu berdiri di dua kutup yang sangat berseberangan. Saat kotbah sering mereka mengatakan bahwa kejahatan itu berakar dari cinta uang dan karenanya jangan mencintai uang. Namun jika mengundang mereka, belum-belum mereka sudah memasan tarif. Entah tiket pesawatlah, penginapanlah dan juga fee kotbah. Namun sebenarnya itu semua hanya di permukaan saja. Jika sudah ditabok dengan janji serta kertas bergambar proklamator satu tas penuh atau dijanjikan transfer ke rekening mereka, mereka pasti akan diam.
Tiara Panggabean yang katanya penginjil itu mengatakan rencana deklarasi dukungan di medianya Hari Tanoe. Dan kita semua tahu siapa Hari Tanoe. Kita juga tahu siapa Anies Baswedan, mereka berdua sosok manusia penuh dengan ambisi dan mereka sudah meninggalkan apa itu etika, yang penting ambisi tergapai. Tidak peduli mencampuradukkan ajaran agama dan politik, tidak peduli membodohi dan memberikan janji-janji. Yang penting ambisi terpenuhi.
Namun harus jujur saya akui bahwa mereka cerdik. Mereka masuk ke kelompok garis keras yang kurang bisa menggunakan logika berpikir dengan baik. Dan itu kelebihan mereka. Semoga warga Indonesia umumnya dan Jakarta khsususnya segera sadar dengan kelompok-kelompok garis keras itu. Ingat, di semua komunitas selalu ada kelompok-kelompok garis keras yang mudah dipengaruhoi dengan janji-janji.
Salam NKRI Jawa
No comments:
Write komentar