Anies Sudah Bukan Tahap Ngawur Lagi, Tapi Panik Tingkat Dewa

 




Setelah melakukan blunder dengan DP nol rupiah yang tidak jelas dan plintat plintut, Anies mengeluarkan pernyataan bahwa ada mal yang berdiri di atas tanah Pemerintah Kota DKI. Sebenarnya kalau menurut saya, tidak ada masalah sih ada mal di atas tanah Pemerintah Kota DKI, selama sudah ada ijin dan Pemerintah Kota DKI tidak dirugikan. Pertanyaan saya adalah, kenapa Anies tiba-tiba mengeluarkan pernyataan ini?

Setelah saya cari dari berbagai sumber, ternyata alasannya adalah karena wartawan saat itu terus mendesak Anies untuk menjelaskan program DP nol persen. Bukannya menjelaskan programnya tersebut agar wartawan membantu untuk menjelaskan ke masyarakat mengenai programnya, yang terjadi malah Anies melempar tuduhan ini.

Saya merasa bahwa Anies sudah sangat terdesak karena selalu ditanya mengenai program DP nol persen yang dia sendiri tidak bisa paham bagaimana melaksanakannya. Kalau dia sendiri tidak paham, bagaimana menjelaskan ke orang lain? Karena panik tidak bisa menjawab pertanyaan wartawan, akhirnya Anies berusaha mengalihkan perhatian dari program ngawurnya itu ke isu adanya mal di atas tanah Pemerintah Kota DKI. Mungkin Anies berharap agar masyarakat teralihkan dari program ngawurnya itu dan menyorot Ahok berdasarkan pernyataannya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, sekarang masyarakat tetap mempertanyakan DP nol persen sekaligus mal mana yang dimaksud Anies itu.

Jangankan masyarakat, Ahok dan Djarot pun bingung, mal mana yang dimaksud oleh Anies. Ketika dikonfirmasi kembali ke Anies, dia malah ketawa dan mengatakan, “Ada, masak sih Pak Wagub enggak tahu?”. Maaf, tapi bagi seseorang yang mengaku berpendidikan, ucapannya ini sama sekali tidak sopan. Dia yang melempar isu tersebut, bukannya memberikan bukti perkataannya, malah seakan menyindir. Ketika ditanya terus oleh wartawan, Anies makin panik. Bukannya memberikan bukti yang sah, Anies malah menyuruh wartawan untuk menanyakan ke DPRD. Anis juga mengatakan, “Biar teka-teki dululah. Masak semua harus jawab sekarang, tetapi saya agak geli saja kalau enggak tahu. Nanti diberi tahu deh”. Anies ini maunya apa? Dia yang mengeluarkan perkataan itu tapi masyarakat disuruh main teka-teki? Calon pemimpin macam apa ini?

Akhirnya wartawan tersebut menanyakan ke anggota DPRD yang juga sekutunya Anies, si Muhammad Taufik. Namun Taufik juga kebingungan menjawab pertanyaan wartawan tentang aset yang dimaksud Anies, jadinya wartawan tersebut disuruh menanyakan di pansus aset. Saya kasihan dengan wartawan tersebut, mau mencari kebenaran malah dipingpong karena perkataan Anies yang tidak jelas itu. Setelah itu tidak ada kabarnya lagi dari wartawan tersebut, mungkin wartawan tersebut sudah capek ngurusin perkataan Anies yang tidak jelas.

Di kesempatan lain, para wartawan masih menanyakan masalah aset tersebut. Anies dengan entengnya menjawab, “Nanti deh, nanti dikasih tahu. Enggak apa-apa, biar pada nyari dulu. Terus sekaligus yang bilang enggak ada itu biar dibuktiin”. Sebagai lulusan S2, saya ingin membenturkan kepala saya ke tembok begitu tahu ada orang yang lulusan S3 bisa bicara seperti ini. Begitu kita masuk ke perguruan tinggi untuk medapat gelar S1, pola pikir kita akan diarahkan agar kita berpikir rasional dan berdasarkan data yang sah. Di pendidikan S2, pola tersebut makin dipertajam sehingga lulusan S2 dipastikan lebih berpikiran kritis daripada lulusan S1. Saya yakin lulusan S3 pasti lebih kritis lagi mengenai rasionalitas dan pentingnya data. Karena itu saya terkejut atas perkataan Anies ini. Dia yang melemparkan pernyataan kalau ada aset Pemerintah Kota DKI yang dibangun mal, jadi sudah layak dan sepantasnya kalau dia yang memberikan bukti atas pernyataannya itu. Tapi si Anies ini malah menyuruh orang lain yang tidak percaya terhadap pernyataannya untuk membuktikan kalau dia salah.


Bagaimana mungkin seorang yang mempunyai gelar Doktor yang terhormat, bisa membolak balik logika pembuktian? Dalam dunia ilmu pengetahuan dan hukum, jika seseorang mengeluarkan pendapat yang bukan merupakan pengetahuan umum, adalah kewajibannya untuk membuktikan pendapatnya tersebut, bukannya malah menyuruh orang lain membuktikan kalau pernyataannya itu salah. Itu logika yang terbalik dan konyol. Lebih parahnya lagi, yang mengatakannya adalah seseorang dengan gelar Doktor.

Hal ini menunjukkan betapa paniknya Anies melawan Ahok karena tidak ada program Ahok yang bisa diserang, bahkan program OK OCE yang tadinya diharapkan menjadi program unggulan Anies-Sandiaga, ternyata Ahok sudah menerapkannya dengan nama Jakarta Creative Hub. Itu pun bukan copy paste program Anies-Sandiaga, karena Ahok sudah merencanakannya jauh sebelum kampanye dimulai. Lebih parahnya lagi, jika Anies berencana menggunakan APBD untuk membiayai programnya, Ahok malah tidak pakai APBD satu sen pun. Lagi-lagi Ahok menodong para pengembang untuk membiayai programnya. Kira-kira mana yang lebih disukai rakyat Jakarta? Saya yakin rakyat Jakarta lebih suka programnya Ahok, bukan hanya janji karena sudah ada buktinya, rakyat pun tidak disuruh bayar. Lalu apa kelebihan OK OCE Anies-Sandiaga dibandingkan Jakarta Creative Hub? Buyar deh program unggulan mereka, jadi sedikit banyak saya mengerti mengapa Anies mengalami panik akut. Bagaimana tidak panik? Program DP nol rupiah tidak hanya gagal, malah jadi bumerang yang menyerang balik mereka. Satu-satunya harapan ada di program OK OCE, eh tahu-tahu Ahok punya program yang mirip, sudah jadi lagi.

Jadi tidak ada harapan lagi bagi pasangan ini dari sisi program. Satu-satunya harapan tinggal memainkan isu agama. Namun ini pun harapannya akan semakin menipis karena saksi JPU sudah selesai dan saksi pengacara akan mulai didengar oleh hakim Selasa depan. Sudah pasti keterangan saksi pengacara akan memperkuat kedudukan Ahok dan saya berani jamin tidak akan ada kekonyolan seperti saksi Fitsa Hats, saksi biarawati palsu, saksi lupa semua, dan saksi Doraemon. Dengan didengarkannya saksi yang mendukung Ahok, pendapat masyarakat akan makin condong ke Ahok dan makin yakin bahwa kasus Ahok ini murni politik.

Ini adalah pendapat saya, kenapa saya mengatakan bahwa Anies mengalami kepanikan akut. Tidak seperti Anies yang bicara tanpa memberikan data,saya memberikan data dan bukti yang menguatkan pendapat saya. Bukannya malah menyuruh pembaca untuk membuktikan kalau saya salah, dan kalau tidak bisa berarti saya benar walau saya tidak punya data. Untungnya Anies tidak bilang begitu waktu ujian disertasi, bisa-bisa tidak diluluskan oleh dosen pengujinya. Saya makin mengerti kenapa Pak De memecat Anies, orang ini benar-benar tidak layak jadi pejabat.

Sebagai penutup artikel ini, saya mengulangi pesan saya seperti di artikel saya sebelumnya : Anies-Sandiaga, berhentilah membodohi rakyat Jakarta hanya untuk ambisi kalian dan berhentilah membuat pernyataan yang membuat kalian tampak lebih konyol lagi. Di awal kalian menjanjikan festival gagasan, tapi yang kalian adakan itu malah FESTIVAL KEKONYOLAN.

Sumber :[megapolitankompas ##eye##] , [seword ##eye##]

No comments:
Write komentar