Siapa yang Malu? Rizieq Ogah Salaman dengan Ahok, tapi Raja Salman yang Salaman dengan Ahok

 


Jakarta – Dalam dua hari terakhir soal jabat tangan menjadi topik berita. Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersalaman dengan raja Arab Saudi, Rabu (1/3), sehari setelah Rizieq Syihab tak mau mengulurkan tangan padanya di ruang sidang.

Jabat tangan merupakan gestur persahabatan yang berlaku global. Meskipun warga Jepang melakukannya dengan membungkukkan badan, setelah itu mereka tetap mengulurkan tangan ketika bertemu dengan orang dari negara lain.

Berita dan foto Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saudi bersalaman dengan Ahok ramai menghiasi berbagai media Indonesia hari ini, tertama karena kondisi politik yang melingkupinya.

Ketika peristiwa itu terjadi, Ahok berstatus terdakwa penistaan agama Islam karena laporan yang dimotori terutama oleh Front Pembela Islam, organisasi kemasyarakatan yang dipimpin Rizieq. Ahok diadili ketika sedang mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua, dan sekarang melawan Anies Baswedan yang sudah “meminta restu” Rizieq dalam sebuah pertemuan.

Jabat tangan Ahok dengan Raja Salman menjadi menarik karena Arab adalah tempat kota suci yang menjadi kiblat Muslim seluruh dunia, dan kebetulan Indonesia dan Arab sama-sama memiliki umat Muslim Suni terbesar di dunia.

Tanpa politik yang melingkupi, jabat tangan itu betul sebuah momen tanpa nilai berita. Raja Salman hanya menjalani prosedur protokoler, sementara seorang gubernur memang sepantasnya menyambut tamu negara di bandara yang berada dalam wilayah administratifnya.

Tapi bisakah Raja memilih siapa yang akan dia salami? Itu bukan hal yang lazim dalam tata krama diplomatik, namun ya, beliau bisa kalau menghendaki.

Informasi siapa yang akan menyambut kehadiran Raja Salman dan siapa saja rombongan sang tamu tentu telah saling dibagikan lewat saluran diplomatik. Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Osamah Mohammed Alshuibi yang bermukim di Jakarta tentu juga kenal siapa Ahok, dan apa kasus yang menjeratnya.

Kalau Raja Salman tidak berkehendak untuk menyalami Ahok, dia tinggal bertitah dan para diplomatnya akan menyampaikan dengan cara sehalus mungkin ke pemerintah Indonesia agar gubernur tidak ada di antara para penyambut di samping pesawat kerajaan. Itu tidak terjadi.

Politik jabat tangan ini menjadi tambah menarik karena sehari sebelumnya, di dalam ruang sidang, Rizieq menyalami semua hakim dan jaksa, namun langsung memunggungi terdakwa Ahok dan tim penasihat hukumnya.

Meskipun penasihat hukum Ahok, Humphrey Djemat, tidak mempermasalahkan sikap Rizieq tersebut, namun ia menyebutnya sebagai sikap kebencian.

“Rasa kebenciannya ditunjukkan, bagian kubu Ahok nggak disalamin. Nggak apa-apa. Sikap itu sudah menunjukkan apa yang ada di hatinya. Padahal dia sebagai ahli. Kalau bukan sebagai ahli nggak masalah, benci bagaimana pun silakan. Ahli kan bagaimana menerangkan sesuai keilmuannya,” kata Humphrey.

Peristiwa dua hari ini tampaknya bisa memberi sudut pandang menyenangkan bagi para pendukung Ahok: Rizieq menolak salaman, tetapi Raja Arab mengulurkan tangan.

Jabat Tangan Ala Trump

Politik jabat tangan juga ditunjukkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam pekan-pekan pertamanya di Gedung Putih. Setiap kali menyambut kepala negara lain, dia menggenggam erat tangan tamunya, kemudian menarik dan mengguncangnya, seperti untuk menunjukkan who is in charge, siapa yang lebih berkuasa.

Sempat viral video Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dengan wajah yang tampak kesakitan akibat tak mampu melepaskan tangannya dari Trump, setelah jabat tangan yang berlangsung hingga 19 detik.

Bahkan sampai ada artikel media terkemuka The Washington Post membahas masalah jabat tangan Trump ini, dengan judul “Trump and the art of the super-awkward handshake” (Trump dan seni jabat tangan super aneh).

“Apakah ini cuma kebiasaan saja, atau memang cara untuk menunjukkan kekuasaannya, Trump memang punya kebiasaan menarik paksa tangan yang dia jabat,” tulis The Washington Post.

Jadi, jabat tangan memang kadang bisa menjadi berita.

No comments:
Write komentar