Sebagai orang awam, kita pasti sudah tahu bahwa salah satu bentuk kampanye adalah pemaparan program kerja. Pemaparan program kerja yang merupakan bagian kampanye, dilakukan oleh Sandiaga Uno hari ini, 10 Maret 2017, kira-kira pk 12.15 siang di salah satu masjid yang berada di Jalan Kramat Pulo, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Menurut Sandiaga Uno, ini bukan merupakan kampanye, dan dia mengingatkan warga yang ikut melakukan solat, bahwa ia tidak berkampanye.
Bocah injak rumput sambil bilang “saya tidak injak rumput”!
Ibarat ada anak-anak bocah yang menginjak rumput, lalu dia berlari sambil mengatakan “saya tidak menginjak rumput”, begitu pulalah Sandiaga Uno. Pengusaha sukses ini mungkin memiliki pengetahuan yang sangat dangkal di dalam mengikuti aturan-aturan yang dilarang oleh Bawaslu. Pemaparan program kerja juga merupakan salah satu bentuk kampanye.
Jadi jika tidak sedang menyelipkan pesan kampanye, buat apa Sandiaga Uno membawa-bawa program OK OCE-nya di dalam masjid? Ketika perkataan tidak sejalan dengan perbuatan, disitulah muncul inkonsistensi. Menurut banyak sumber, kampanye politik merupakan sebuah aktifitas memperkenalkan calon kandidat, visi misi, dan program kerja yang akan ditawarkan oleh kandidat tersebut.
Ketika Rumah Tuhan dijadikan tempat pemaparan program kerja..
Tentu tidaklah etis jika kampanye ini dilakukan di rumah Tuhan. Karena setiap agama percaya bahwa rumah Tuhan adalah suatu tempat kita untuk mengenal Pencipta, bukan mengenal Sandiaga Uno yang merupakan “pencipta lapangan pekerjaan”. Silakan kampanye di perusahaan-perusahaan, tempat kerja, dan berbagai tempat, asalkan tidak di rumah ibadah!
Kita harus prihatin untuk hal ini!
Sebagai warga negara Indonesia yang beragama, tentu pembaca Seword juga kecewa dan sedih jika rumah ibadah kita masing-masing disusupi pesan politis. Tidak jarang kita mendengar di dalam kotbah-kotbah yang dibawakan oleh pemuka agama masing-masing, untuk tidak memilih kaum kafir. Bahkan pemuka-pemuka agama tersebut mungkin tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kafir.
Sandiaga Uno, pengusaha kaya raya ini, bukan hanya sedang melanggar aturan pemilu,namun ia sedang melanggar ibadahnya sendiri. Dengan program OK OCE yang disebut-sebut di dalam masjid, tentu akan menodai jalannya ibadah. Jangan biarkan politik masuk ke rumah Tuhan!
Rumah ibadah itu tempat warga paling mendengar…
Namun di Indonesia, dari begitu banyak tempat yang bisa dikunjungi, Sandiaga memilih rumah ibadah untuk menjadi lokasi memperkenalkan OK OCE. Sandiaga cerdas, dia melihat bahwa kebanyakan orang-orang melihat pesan yang didapatkan di rumah ibadah merupakan pesan yang harus didengarkan. Tepat sekali Sandiaga melakukan sosialisasi OK OCE ini di masjid saat salat Jumat.
Memperalat rumah Tuhan..
Padahal jika kita sedikit ingin lebih cerdas, maka tidak sepatutnya Sandiaga mensosialisasikan program OK OCE ini. Di samping itu adalah rumah ibadah, sebetulnya Pak Ahok sudah meresmikan JCH (Jakarta Creative Hub). Rakyat Jakarta tentu diharapkan untuk lebih rasional dan cerdas di dalam membedakan dengan jelas antara program mimpi dan program nyata, antara “angan” dan “tangan”.
Jadi sebagai warga negara yang beribadah, saya mengecam sosialisasi program politik yang dilakukan di rumah ibadah manapun. Hormati rumah ibadah. Sandiaga boleh mengatakan bahwa ia tidak sedang berkampanye di masjid untuk menghormati rumah ibadah, namun sepertinya ia lupa bahwa ia justru sedang melakukan kampanye tersebut di rumah ibadah. Mengerti maksud saya?
Rujukan ; [detik]
No comments:
Write komentar