Lidah Tak Bertulang Sandiago Uno, Katanya Santun Tapi Kerjaannya Selalu Buruk Sangka

 




Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor 3 kembali menyerang Ahok terkait kampanye senyap yang dilakukan sang Gubernur Petahana. Tanpa dapat konfirmasi ke Ahok maupun timnya, dia langsung berspekulasi negatif. Spekulasi ini mengundang cibiran dari mereka yang tahu alasannya kenapa Ahok melakukan kampanye senyap.

Dikutip dari detik.news, pencetus “Hus Hus Hus” ini menyampaikan asumsinya bahwa kegiatan kampanye senyap Ahok itu untuk melakukan pertemuan. Berikut asumsi spekulasinya terhadap kampanye Ahok:

“Jadi iya memang itu salah satu bentuk kampanye yang tentunya biasanya kalau operasi senyap itu bertemu dengan tokoh-tokoh yang tidak ingin di-publish. Bisa tokoh politik, bisa tokoh bisnis, untuk menggalang pendanaan,” ujar Sandiaga di Jalan Kebon Kelapa Tinggi, Kelurahan Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur, Minggu (12/3/2017).

Sandiaga menyebut jika pertemuan cagub-cawagub dengan beberapa pengusaha besar dan tokoh politik terkadang tidak boleh dipublikasi. Hal ini mungkin terjadi pada kampanye senyap Ahok.

“Karena yang ditemui Pak Basuki mungkin tidak mau di-expose, baik itu pengusaha, karena terdampak bisnisnya kalau misalnya nantinya Pak Basuki tidak menjabat lagi, maupun tokoh politik yang mungkin terancam posisinya,” sebut Sandiaga.

Sandiaga meminta warga untuk memaklumi aktifitas kampanye senyap Ahok. Pihaknya memandang kampanye senyap yang tidak boleh diketahui masyarakat pasti ada tujuannya, dan ini wajar dalam perpolitikan saat ini.

“Karena sebetulnya kampanye ini terbuka untuk semuanya, tapi saya mengerti dan teman-teman saya para pengusaha juga nggak mau di-cover kalau misalnya melakukan pertemuan tertutup. Mereka tidak mau sama sekali ada masyarakat yang tahu apalagi dari media,” jelas Sandiaga.

“Jadi itu kita tentunya harus maklumi dan memang kalau kampanye itu kan memakan yang tinggi sekali jadi itu strategi yang dimainkan Pak Basuki tentunya kita harus hormati,” sambung Sandiaga.

Sandiaga juga menilai wajar jika aktifitas kampanye senyap Ahok itu dilakukan dengan berbagai tujuan. Anies-Sandi memandang semua pertemuan dengan berbagai pihak seperti tokoh politik dan bisnis harus dibuka kepada masyarakat.

Wajar sekali, kami belum bisa melakukan itu karena jarang sekali pengusaha besar yang mau bertemu kita. Jadi kalau kita, kita buka semua pertemuan kita nggak ada yang kita tutup-tutupi dan nggak ada yang senyap.

“Saya mau datang (jika ada tokoh politik dan bisnis yang mengajak kerja sama) dengan syarat terbuka, dan saya minta sumbangannya juga di-clear secara terbuka,” pungkasnya. (Sumber https://news.detik.com/berita/d-3444911/ahok-kampanye-senyap-sandiaga-mungkin-ke-tokoh-bisnis).

Sebenarnya ini adalah asumsi yang bisa menyesatkan masyarakat. Sebab Ahok melakukan kampanye senyap bukan dengan tujuan yang disebutkan Sandi. Bahkan sangat melenceng dari tujuan sebenarnya.

Di tempat lain Djarot menjelaskan bahwa kampanye senyap Ahok dengan tujuan tertentu, bukan untuk ketemu pebisnis seperti halnya Anies Sandi ketemu bos MNC Group. Djarot menjelaskan bahwa bila mengajak banyak orang, sering kali Ahok tidak bisa berkampanye menyampaikan visi misi serta program mereka. Akibatnya, banyak pesan yang disampaikan oleh Ahok tidak bisa disampaikan dengan baik

“Bukan apa-apa. Sebab bila satu titik disampaikan, biasanya nggak bisa kampanye. Karena orang datang semua minta salaman, minta foto. Sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak sampai dengan baik karena dikerubungi sekian banyak orang,” kata Djarot usai bertemu warga di Jalan Kemadoran, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (12/3/2017). “Makanya dipilih jalan lain. Itu malah bagus,” lanjutnya (sumber https://news.detik.com/berita/d-3444760/ahok-kerap-kampanye-senyap-djarot-itu-malah-bagus).

Di kesempatan lain, Ahok sendiri sudah menjelaskan alasan kampanye senyapnya. Ahok mengatakan bahwa dia tidak ingin terlalu ramai saat melakukan blusukan. Alasannya, karena terlalu ramai dia susah untuk bertemu dengan warga.

“Enggak (diam-diam) juga, kan biar nggak terlalu ramai, juga kan. Kita kalau terlalu ramai susah jalannya, ketemu orang juga susah,” kata Ahok saat ditemui di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur, Jumat (10/3) lalu.

Fakta dan asumsi

Alasan dan fakta mengapa Ahok melakukan kampanye senyap sudah jelas. Bahkan Djarot sendiri juga sudah memperjelas. Namun Sandi yang sering bilang politik santun justru membuat suudzon yang menyesatkan publik. Dia justru menimbulkan spekulasi negatif yang tidak santun. Sehingga terjadi inkonsistensi antara pemikiran, perkataan dan perbuatan. Padahal ini adalah defenisi integritas yang sesungguhnya. Kalau begitu dimana integritas cawagub yang satu ini?

Jika ingin dianalisis, alasan Ahok sangat cerdas dan mulia. Ahok ingin kampanye yang tidak terlalu ramai sehingga dia tidak susah ketemu dengan warga yang ingin disapa. Ini memang diperlukan agar penyampaian visi misi program Ahok dapat dipahami warga. Alasan yang sangat rasional.

Berbeda dengan Sandi yang justru ketemu dengan pebisnis raja media. Entah maksud ketemuan ini supaya aktivitas kampanye Anies Sandi diliput media milik si raja media secara besar-besaran. Tapi faktanya dia yang ngebet banget ketemu pengusaha besar.

Inilah perbedaan paradoks antara kedua pasangan Cagub Cawagub Pilkada DKI ini. Ahok memperlihatkan konsistensi penyampaian programnya. Sementara calon yang satu sibuk menyerang Ahok dengan spekulasinya. Sesuatu yang tidak pada tempatnya. Akan lebih baik kalau dia ingin berkometar, maka konfirmasi dulu. Sebab Ahok menyampaikan alasannya sudah pada hari Jumat lalu.

Namun inilah kelakuan calon yang ingin sekali jadi penguasa Jakarta. Kontestasi yang dia tunjukan bukan adu visi misi program, namun sibuk menyerang yang bukan program.

Memang benar apa yang disampaikan James Freeman Clarke, “The State man think the next generation, the politician leader think the next election”. Ahok bertarung di Pilkada DKI untuk membangun Jakarta dan mempersiapkannya bagi generasi selanjutnya. Sementara rivalnya hanya berpikir memenangkan Pilkada DKI bagaimanapun caranya. Seharusnya masyarakat DKI sudah bisa memutuskan siapa yang layak dipilih untuk menjadi pemimpinnya.swd

No comments:
Write komentar