Pembaca seword.com bisa membuktikannya sendiri di media-media mainstem baik media cetak maupun media maya. Kalaupun masih ada media yang menyematkan embel-embel “habib” saat memberitakan Rizieq Syihab itu mungkin media bukan mainstream atau memang media pendukung Rizieq Syihab dan FPI. Penulis seword.com juga telah bersepakat untuk tidak menyematkan embel-embel “habib” jika menuliskan tentang Rizieq Syihab. Padahal sebulan yang lalu, media masih menyematkan embel-embel “habib” saat memberitakan Rizieq Syihab.
Hal ini tentu menjadi fenomena unik. Apakah kepercayaan masyarakat terhadap gelar “habib” yang disandang Rizieq Syihab mulai luntur? Berbeda dengan Novel Chaidir Sekjen FPI yang memang bukan habib yang dimaksud keturunan Nabi Muhammad SAW, Rizieq Syihab nasabnya jelas dan memang dzurriyah Nabi Muhammad SAW. Namun sepertinya masyarakat mulai enggan untuk menyematkan gelar “habib” kepada Rizieq Syihab. Muhammad Rizieq Syihab lahir di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1965. Ayahnya Habib Husein bin Muhammad Shihab dan ibunya Syarifah Sidah Alatas.
Fenomena ini sepengetahuan saya baru menimpa Rizieq Syihab. Habib Luthfi bib Yahya saat diberitakan di media sampai sekarang masih terdapat gelar “habib” di depan namanya. Begitu pun dengan habib-habib yang lain. Ada apa sebenarnya yang terjadi pada Rizieq Syihab? Mengapa masyarakat mulai enggan menyematkan gelar “habib” di depan nama Rizieq Syihab?
Gelar habib adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Gelar habib juga untuk menunjukkan kemulian orang yang memiliki nya. Rizieq Syihab adalah seorang habib. Mulai enggannya masyarakat untuk menyematkan gelar “habib” padanya secara langsung atau tidak langsung mungkin diakibatkan perbuatan Rizieq Syihab yang tidak mencerminkan seorang “habib”. Seorang “habib” identik dengan sifat-sifat mulia layaknya Nabi Muhammad SAW. Seorang “habib” identik dengan sifat pemaaf, pemurah, penyayang, toleran, mendamaikan, bukan menghasut dan membuat suasana semakin ricuh. Seorang “habib” juga identik dengan kehalusan tutut katanya.
Beberapa tindakan Rizieq Syihab dinilai sebagian masyarakat kurang layak disandang oleh seorang “habib”. Masyarakat tidak memungkiri bahwa Rizieq Syihab adalah keturunan Nabi Muhammad SAW, namun melihat perilakunya beliau, masyarakat tampaknya mulai enggan untuk mentematkan gelar “habib” di depan namanya.
Tentu kita sudah mengetahui tingkah Rizieq Syihab dari dulu hingga sekarang. Tindakannya yang cenderung anarkis menjadi teror bagi masyarakat terutama umat non-muslim. Pemerintah pun seolah tidak berkutik menghadapi Rizieq Syihab dan FPI. Ceramah-ceramah Rizieq Syihab cenderung kasar dan menebar kebencian. Tidak sedikit ceramah Rizieq Syihab yang membuat sebagian masyarakat sakit hati. Rizieq Syihab dan FPI merasa sebagai kelompok yang tidak tersentuh hukum. Siapa pun tidak luput dari hujatan-hujatan FPI. Semua elemen yang ada di negara Indonesia seolah-olah harus mematuhi apa keinginan Rizieq Syihab dan FPI.
Puncak dari semua itu, masyarakat berbondong-bondong melaporkan tindakan-tindakan Rizieq Syihab yang melanggar undang-undang terutama yang tekait sara. Rizieq Syihab dilaporkan oleh beberapa pihak terkait kasus penghinaan kepada pancasila, agama Kristen, pemerintah, serta hansip. Masyarakat ingin memberi pelajaran kepada Rizieq Syihab bahwa dia tidak bisa bertindak semena-mena sesuka hati di bumi Indonesia ini. Indonesia bukan hanya milik Rizieq Syihab dan FPI.
Gelar “habib” yang selama ini dipahami oleh masyarakat muslim sebagai gelar yang sangat mulia, karena selain pemilik gelar itu adalah keturunan Nabi Muhammad SAW, biasanya juga memiliki sifat-sifat kenabian. Tindakan-tindakan Rizieq Syihab yang agak nyeleneh dari pakem habib-habib yang lain membuat masyarakat enggan menyematkan gelar “habib” untuk Rizieq Syihab. Meskipun Rizieq Syihab adalah keturunan Nabi Muhammad SAW, namun tindakan-tindakannya kurang sesuai dengan pakem habib-habib pada umumnya.
Gelar “habib” yang disandang seseorang selayaknya memang tidak menjadikan orang tersebut jumawa dan merasa lebih mulia dibanding makhluk Allah yang lain. Gelar habib bagi sebagian orang justru menjadi sebuah beban yang sangat berat. Ketika seseorang menyandang gelar habib, maka konsekuensinya tindakan dan perilakunya harus mewarisi sifat-sifat kenabian.
Salah satu contoh seorang habib yang memilih untuk melepaskan gelar habib adalah Prof. Dr. Qurash Shihab beserta keluarga. Ini bukan berarti beliau tidak mau mengakui bahwa beliau sekeluarga adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Hal ini semata-mata karena beban tanggung jawab yang sangat besar yang disandang oleh seseorang yang memiliki gelar habib. Kalau tidak berhati-hati, gelar habib yang disandangnya bisa jadi menyebabkan orang tersebut terjerumus ke dalam sifat ujub, syum’ah, dan merasa lebih mulia dibanding makhluk Allah SWT yang lain.
Mungkin seperti itu…… seword
No comments:
Write komentar