Ngaku Ketua FPI Pasar Minggu, Penghadang Ahok Ternyata Cuma Seorang Mantan

 




Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali menghadapi penghadangan ketika dia sedang melakukan kampanye. Herianudin yang mengaku warga Jati Padang, Jakarta Selatan, ini melakukan penghadangan dengan angkuhnya seakan-akan dia yang memiliki kewenangan penuh di daerah tersebut. Heri bahkan mempertanyakan ijin RT/RW dan bertanya siapa yang mengundang Ahok.

“(Kedatangan Ahok) sah, boleh. Cuma ini melibatkan RT-nya enggak ada. RW enggak ada. Justru kami, warga asli, penduduk sini, ya. Saya data semua ini. Ini makanya, kalau seandainya bapak wawancara mereka, enggak melibatkan semua, ini enggak ada urusannya,” ujar Herianudin.

Meski dihadang oleh Herianudin, Ahok tetap melanjutkan kampanyenya yang datang untuk melihat kondisi sungai. Warga yang lain turut membela Ahok dan mendukung Ahok untuk berkampanye di daerah mereka. Tanpa mempedulikan Herianudin yang protes ga jelas mereka terus mengikuti kampanye dan bahkan berfoto dengan Ahok.

“Enggak, saya mendukung,” ujar seorang bapak.

“Orang kita mendukung, ngapain usil? Jangan sok munafik jadi orang,” ujar seorang ibu menimpali.

Herianudin sendiri tetap dengan sikap angkuh dan arogannya sempat memeriksa KTP wartawan dan timses yang mengikuti kegiatan kmpanye Ahok. Dia bahkan memperkenalkan diri sebagai Ketua FPI Pasar Minggu.

“Nih lihat KTP saya. Saya Ketua FPI Pasar Minggu,” ujar Herianudin.

WOW… Pantas dia begitu sombong dan angkuhnya merasa diri punya daerah tersebut. Ternyata dia adalah seorang FPIers dan bahkan adalah kepling (kepala lingkungan) Pasar Minggu. Kelakuan yang sangat sepadan dengan gelar yang disandangnya. Tidak salah memang ajaran dan transfer karakter Rizieq kepada FPIers sampai ke tingkat paling bawah. Kelakuannya semua sama tidak ada bedanya.

FPIers memang orang-orang yang hidup dalam negara halusinasi. Rizieq merasa presiden negara halusinasi dan beberapa orang dipilih menjadi juga menjadi gubernur. Di Jakarta sendiri FPIers sudah punya gubernur tandingan bernama Fahrurrozi Ishaq. Mengenai kelucuan gubernu-gubernuran FPI ini silahkan browsing aja di mbah google yah.. Dijamin tertawa…

Jadi wajar saja kalau Herianudin yang hanya selevel Ketua FPI Pasar Minggu sudah merasa punya kewenangan penuh terhadap daerah tersebut. Orang datang wajib laporlah, lihat KTP, minta ijin padahal orang lagi kampanye dan dilindungi UU, semua dilakukan seenak udelnya. Wong golongan mereka ini tidak taat pada peraturan resmi. Yang paling parah ternyata dari Herianudin ini, dia rupanya bukan lagi seorang Ketua FPI Pasar Minggu.

“Herianudin itu bukan lagi Ketua FPI Pasar Minggu. Sudah 3 tahun yang lalulah itu. Dia sekarang simpatisan saja. Dia memang dekat dengan warga sekitar di sana,” kata Ketua FPI DKI Novel Bamukmin saat dihubungi, Jumat (30/12).

Walah.. Parah amat luu Tong.. Kirain masih Ketua FPI Pasar Minggu, ternyata hanya seorang mantan. Jadi terusik lagi kenangan 10 tahun dengan mantan yang tidak jelas arah pembangunan bangsa dan negara ini. Nah, sudah jadi mantan tetap saja kerjanya merusuh. Samalah dengan si Herianudin ini. Sudah waktu jadi Ketua FPI kerjanya mengintimidasi, sudah jadi mantan pun kelakuan begitu parah.

Gembong FPIers saat ini memang seperti mendapat angin segar dan dukungan gara-gara berhasil mendapatkan pendapat keagamaan MUI yang menjadi legalitas mereka menggerakkan massa, yang memang mudah terhasut, dan mendapatkan kembali nama mereka yang sempat redup karena tidak banyak dapat orderan. Angin segar yang membuat mereka saat ini seperti punya kewenangan bertindak sesuka hati di Indonesia.

Saya berharap Polri bisa dengan tegas menindak FPIers ini supaya tidak terus bertindak diluar hukum dan peraturan serta mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat. Supaya tidak ada lagi ormas yang suka-sukanya di negeri ini. Kita pun harus berani bersikap tegas seperti yang dilakukan oleh warga yang mendukung Ahok. Jangan diam saja dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan dengan berdoa.

Salam Mantan.

sumber; seword

No comments:
Write komentar