AKU MENCINTAIMU DALAM diam

 




Hatiku berkisah.
Berkisah tentang aku yang perlahan mencintaimu. Namun aku hanya dapat

mencintaimu dalam diam dan melihatmu dari kejauhan.
Aku tak tahu mengapa aku tiba-tiba mulai mencintaimu.
Apakah parasmu, sikapmu, dan agamamu yang mampu menyihirku? Ah entahlah . . . . .
harus aku sebut apa rasa ini. kagumkah atau memang benar rasa cinta.
Mungkin hanya punggungmu yang dapat menenangkan hati ini. Ya, aku hanya menikmati punggungmu dari kejauhan.
Kulihat engkau tersenyum dan tertawa bahagia, entah kenapa dikejauhan hati ini ikut merasakan kebahagiaan yang sedang kau rasakan.

Tanpa aku sadari ku sunggingkan senyum dibalik punggungmu. Bagiku mencintaimu dalam diam dari kejauhan sudah lebih dari cukup.Logika ini berkata rasanya tidak adil apabila hanya hatiku saja yang merasakannya.

Namun, bagiku lebih baik begini.
Aku tidak ingin dia mengetahui bahwa aku memiliki perasaan ini, lebih baik aku luahkan semua kepada Allah, ku beritahu Allah karena sesungguhnya Allah Sang Maha Pemilik Hati.
Aku mencintaimu dalam diam,
dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan.
Aku ingin rasa ini mengalir mengikuti aliran takdir yang telah disematkan oleh Allah karena pada hakikatnya ia berhulu dari Allah dan pasti akan berhilir kepada Allah.
Apabila kau memang jodohku, pastilah Allah akan mendekatkanmu padaku.

Dan apabila memang kau bukan jodohku,
pastilah Allah telah mempersiapkan segala yang terbaik untukku dan untukmu.

Aku cukup mencintaimu dalam diam.
Jikalau aku mau, aku bisa mengatakannya pada kedua orangtuaku untuk sampaikan perasaanku padamu.
Namun, aku memilih diam dengan kesederhanaan.

Karena hadirku tidak akan mampu menjauhkanmu dari ujian,karena hadirku hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan, dan karena hadirku akan membawa kelalaian. Aku tidak ingin memupuk rasa ini dengan beribu harapan karena hanya akan menambah penderitaan.

Ya,
aku cukup mencintaimu dalam diam
dari kejauahan dengan kesederhanaan dan keikhlasan karena mungkin ini hanyalah ujian dari Allah yang membekukan hatiku secara perlahan. Ini cara terbaik yang aku pilih untuk sama-sama menjaga hati kita.
Untuk kamu,
terimakasih telah menjadi penyemangatku,
terimakasih telah meminjamkan punggungmu untuk aku tatap dari kejauhan, dan...
terimakasih untuk tawa bahagia yang kau lakukan.

Dan maaf telah diam-diam mencuri pandangan pada punggungmu dan maaf telah diam-diam mengagumimu.

Dan kepada Engkau Sang Maha Pembolak Balik Hati, ku serahkan rasa ini padamu. Aku percaya engkau akan mengatur segala sesuatunya hingga keindahan itu datang pada waktunya. Tulisan ini aku tunjukkan untuk engkau yang punggungnya selalu aku tatap, dan diam-diam penyemangatku.

No comments:
Write komentar