Sayang seribu sayang, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mengalami kekalahan pada perhelatan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 ini akhirnya mengambil keputusan yang cukup mengejutkan tentang masa depannya kelak pasca melepaskan jabatan yang diembannya sejak 2014 lalu.
Siapa yang menyangka dan betapa banyak orang pula sepertinya akan kecewa. Seorang putra terbaik bangsa yang memiliki hasrat untuk membantu dan mensejahterakan orang banyak, kini harus melepaskan hasratnya tersebut untuk terjun ke dunia yang berbeda.
Tidak sedikit orang yang meminta Ahok menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) saja sehingga dapat mengawasi seluruh APBD di seluruh daerah di Indonesia dan memaksakan penerapan e-budgeting untuk mencegah begal APBD. Banyak juga daerah-daerah lain yang warganya mendorong Ahok untuk mencalonkan diri menjadi gubernur disana, sebut saja Bali dan Sumatera Utara, yang diperkirakan tidak akan menggunakan isu agama sebegitu gencarnya seperti apa yang digunakan di Ibu Kota.
Ada juga yang meminta Ahok menjadi Ketua KPK (yang mana ini sangat mustahil), untuk membantu pemberantasan korupsi di negeri yang sangat korup ini. Namun sepertinya semua harapan itu akan sirna, karena Ahok sendiri mengungkapkan bahwa ia telah memutuskan untuk tidak lagi berada di politik atau menjadi bagian dari pembantu presiden nanti dimulai Oktober 2017. Berikut ucapan Ahok hari ini (Sumber).
“Saya sudah putuskan, selesai ini saya akan jadi pembicara saja. Enggak masuk partai politik, enggak mau jadi menteri, enggak jadi staf presiden, semua enggak,” ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (4/5/2017).
“Aku mau bikin Ahok Show dengan salah satu stasiun televisi. Tapi dengan revenue sharing ya. Jadi kalau terima iklan berapa, bagi saya lah, 20-30 persen. Kita ngajar aja, jadi mendidik saja, he-he-he,” ujar Ahok.
Kasihan Ahok…..
Saya pribadi tentu saja tidak mendukung keputusan Ahok ini. Karena saya sangat mengharapkan bahwa ia dapat mengabdikan hidupnya untuk negara di sisa masa pemerintahan Presiden Jokowi ini. Kita tidak tahu apakah Jokowi bisa menang di Pilpres 2019 nanti, makanya kita berharap 2 tahun ini dapat benar-benar dimaksimalkan untuk pembangunan dan perubahan negeri ini.
Memang Ahok pernah bilang bahwa dia mau meneruskan Ahok Show setelah nanti tidak menjadi gubernur. Namun saya kira itu hanyalah candaan saja, atau paling tidak hanya part-time saja. Karena saya berpikir, orang yang memiliki hasrat untuk mensejahterakan rakyat seperti Ahok tidak mungkin tidak berada di lingkaran eksekutif atau legislatif, karena itu sejalan dengan hasrat hidupnya.
Namun apa mau dikata, ini tentunya bukan keputusan yang mudah bagi Ahok, percayalah. Ini mungkin adalah langkah berat dalam hidupnya karena harus melupakan pesan ayahnya ketika dulu masih hidup. Pesan yang meminta Ahok harus masuk ke dunia politik dan memintanya percaya bahwa suatu hari nanti rakyat pasti akan memilihnya untuk memperjuangkan nasib mereka. Pesan yang selama ini diemban dalam hati seorang Ahok sejak menjabat DPRD, bupati, DPR-RI, wakil gubernur hingga gubernur.
Keputusan ini adalah keputusan besar dalam hidup seorang pria dan seorang ayah. Keputusan ini tentu saja akan mengubah hidup keluarganya yang selama ini selalu menjadi sorotan publik. Namun bagi saya Ahok terpaksa mengambil keputusan ini, karena mungkin ini adalah salah satu langkah yang diprediksikan akan meredakan situasi politik dan sentimen agama di negeri ini.
Mungkin Ini yang Terbaik?
Bayangkan saja jika Ahok menjadi menteri atau staf Presiden Jokowi, pasti para demonstran itu tidak akan tinggal diam dan terus melakukan demo dengan alasan macam-macam yang dipaksakan. Belum lagi tekanan dari para pejabat atau politisi busuk yang ada di lingkaran presiden. Belum lagi kabarnya ada petinggi negara lainnya yang tidak mendukung atau menyukai Ahok kan, yang lebih condong ke kubu politik sebelah itu.
Jika Ahok jadi menteri atau staf Presiden Jokowi, ia bisa serba salah juga. Bisa-bisa ada permainan macam-macam lagi juga ketika kepentingan orang-orang itu terganggu oleh ketegasan, ide-ide brilian dan eksekusi seorang Ahok.
Dan kita ketahui sendiri, Presiden Jokowi bukanlah presiden yang menyukai kegaduhan. Beliau ingin fokus pada pembangunan dan peningkatan ekonomi, sehingga menghindari hal-hal yang dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik di negeri kita. Jika Ahok ditarik ke lingkaran pembantunya, pastilah kaum haters dan bumi datar itu akan terus menyebarkan provokasi dan kebencian, yang dapat tanpa henti mengganggu stabilitas sosial dan politik di masyarakat.
Jadi menurut saya, memang ini adalah jalan yang paling aman. Tidak berada di lingkaran pemerintahan adalah jalan yang paling aman jika menginginkan Ahok untuk mendampingi Jokowi di 2019, meskipun peluangnya sangat tipis mengingat bagaimana partai-partai politik itu bisa saja trauma atas kekalahan mereka di DKI.
Penutup
Menyedihkan sekali ya. Pada Oktober 2017 nanti, negeri Indonesia ini akan kehilangan salah seorang putra terbaik yang ada di lingkaran pemerintahan. Putra yang begitu mencintai negerinya dan menyayangi rakyatnya. Putra yang telah mengabdikan semua yang ia punya untuk melawan orang-orang bejat di negeri ini.
Ahok adalah tumbal, tumbal dari nafsu politik yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, meskipun harus menggunakan nama Yang Maha Kuasa dan mengobok-obok hati nurani masyarakat di bawah.
Tanggal 7 Oktober 2017 nanti akan menjadi hari yang kita ingat bersama, dimana negeri ini akan kehilangan seorang gubernur terbaik sepanjang masa. Sangat disesalkan, namun mungkin beginilah negeriku, negeri yang katanya berlandaskan Pancasila namun rakyatnya masih belum siap ber-Pancasila ini.
Dari sebatang pohon yang ingin berdiri kokoh dan tegar di tengah badai dan topan…
No comments:
Write komentar