Korupsi Kok Dianggap Lelucon ; Dilaporkan ke KPK Anies Anggap Lucu-lucuan Pilkada

 


Bila sebuah kasus dikerjakan oleh KPK, dijamin pasti ada tersangka dan akan ada yang mendekan di penjara. KPK memang mengerikan bagi kaum-kaum tikus berdasi. Bila kantornya diperiksa maka lebih menakutkan dibanding jalan-jalan sendirian di hutan saat malam jumat kliwon. Ketemu hantu palingan pingsan, ketemu KPK hilang Lamborghini bos!
Sekarang Anies dilaporkan ke KPK karena dituduh melakukan penyelewengan kegiatan Frankurt Book Fair 2015. Pendanaan kegiatan Frankurt Book Fair 2015 menghabiskan dana 146 Miliar. Anies dilaporkan oleh Direktur GACD Andar Mangatas Situmorang.
“Selama tiga hari acara pameran buku di Jerman biayanya Rp146 miliar. Bandingkan saat biaya Raja Arab ke Indonesia rombongannya 1.500 orang saja hanya Rp160 miliar,” ujar Andar
Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah membenarkan laporan Andar terhadap Anies. Febri mengatakan, KPK akan mendalami laporan itu.
“Semua laporan yang masuk ke KPK pasti akan kami periksa. Hal ini penting untuk membuktikan ada atau tidak indikasi korupsi di situ,” ucapnya.
Entah apa Anies betul melakukan penyelewengan dana pada acara tersebut. Memang sih, tidak masuk akal untuk acara pameran buku selama 3 hari diperlukan dana hingga 146 Miliar. Ini hampir 50 Miliar per hari lho, bukunya dibuat dari apa? Tapi yang paling parah adalah respon dari Anies. Dia menganggap bahwa ini hanya lucu-lucuan Pilkada.
Hilang Duit Miliaran Tidaklah Lucu
“Kalau saya lihat ini (laporan) lucu-lucuan pilkada saja. Selalu ada yang meriah-meriah seperti ini. Harap bersabar, ini ujian,” kata Anies
Hebat sekali, laporan ke KPK dianggap lucu-lucuan. Respon ini tentu saja sangat tidak pantas mengingat ada kemungkinan uang negara hilang. Memang betul kalau ini masih sebatas laporan, tapi kalau menggangap ini lucu maka Anies sudah kurang ajar. Kenapa tidak meresponnya secara normal, seperti berkata ‘biarkanlah KPK mengusutnya’. Atau bilang ‘Siap dipenjara kalau terbukti bersalah’. Bukankah itu akan menunjukkan kalau Anies menghormati proses hukum yang berlaku?
Biaya Rp146 miliar itu termasuk sewa pavilion pameran senilai Rp 19 Milyar, biaya akomodasi 123 delegasi, anggaran penerjemahan, pembuatan berbagai stand yang mewah dan elegan, dll.  Menurut Anggota Komisi X DPR Teguh Juwarno, dengan dana sebanyak itu Indonesia hanya mampu membawa 200 judul buku terjemahan, padahal yang diharap sebagai tamu kehormatan Indonesia membawa 1.000 judul buku. Selain itu, pihaknya juga akan mempertanyakan mengapa yang ditonjolkan dalam acara itu hanya kelompok tertentu.
Wah, ternyata hanya 200 buku toh yang dibawa? Sebagai tamu kehormatan kita malah hanya mampu menyediaka 200 buku, itupun biaya yang diperlukan hingga 146 Miliar. Mungkin saja buku yang dibawa kualitas super, tahan air, api dan rayap. Harga buku bila 10 juta per buku pun, biaya buku hanya 2 Miliar. Sisa dananya buat apa? Bukannya acara ini berfokus ke buku? Entahlah.
Saat disinggung soal anggaran kegiatan tersebut, Anies mengatakan bahwa hal itu bisa dilihat dari laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
“Kalau ada masalah (di) BPK harusnya ada laporan dari kemarin-kemarin. Kan yang audit BPK,” ujar Anies
Masalahnya hanya satu, apakah BPK bisa dipercaya 100%? Mengapa saat jakarta semerawut sebelum Jokowi datang, BPK memberikan predikat wajar tanpa pengecualian? Malahan setelah Ahok mulai bersih-bersih BPK baru memberikan predikat wajar dengan pengecualian? BPK saja bisa salah alamat soal kasus Sumber Waras. Mana boleh beralasan ‘lihat saja di laporan BPK’
Bila kasus Ahok adalah akibat tekanan massa, kali ini Anies tidak ditekan siapapun. Ahok didemo karena dia non-muslim, tapi apakah pernah ada kepala daerah muslim yang didemo kaum bumi datar karena korupsi? Anies sudah sewajarnya memberikan penjelasan dan klarifikasi, bukannya melempar bola ke BPK.
Asli, melihat dana yang dipakai untuk proyek-proyek pemerintahan yang bernilai besar membuat kita merasa sebagai negara yang ‘kaya’. Yang kaya ya si pembuat proyek, bukan rakyatnya. Pameran buku, pun bukan kita yang mengadakan, hanya hadir sebagai tamu, menghabiskan 146 Miliar. Pantaslah Anies dipecat, Jokowi mau hemat malahan ada yang boros.

Dilaporkan ke KPK, Anies Anggap Lucu-lucuan Pilkada


Calon gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak ambil pusing dirinya telah dilaporkan ke Komisi pemberantasan korupsi (KPK) atas dugaan penyimpanan penggunaan dana di pameran buku Frankfurt 2015.
Anies menganggap lucu adanya laporan menjelang pemungutan suara Pilkada putaran dua tersebut.
"Kalau saya lihat ini lucu-lucuan Pilkada saja. Selalu ada yang meriah-meriah seperti ini. Harap bersabar ini ujian," kata Anies usai menunaikan solat jumat di Masjid Al-Mughni, Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (10/3/2017).
Anies mengatakan mengenai laporan tersebut biarkan pelapor yang menjelaskannya.
Karena baginya tidak ada permasalahan dalam kegiatan tersebut.
‎"Biarkan yang melaporkan saja yang menjelaskan. Kalau anggaran lihat di laporan BPK, karena kita hanya melihat ukurannya aja, bukan lihat kegiatan. Kalau dugaan korupsi bukan dari ukuran, tapi dari mana letak korupsinya. Yang melaporkan mesti jelaskan dimana letak masalahnya," ujar Anies.
Menurut Anies apabila kegiatan pemeran buku frankfurt tersebut bermasalah seharusnya ‎Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sudah mengidentifikasinya sejak jauh-jauh hari.
‎"Kalau ada masalah BPK harusnya ada laporan dari kemarin-kemarin. Kan yang audit BPK. Kalau BPK engga ada laporan, ya darimana," ujarnya.
Sebelumnya Anies Baswedan dilaporkan ke KPK karena dugaan penyimpangan dana di pameran Frankfurt book Fair 2015.
Anies saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Berdasarkan surat yang beredar, pelaporan tersebut dibuat oleh Andar Mangatas Situmorang, Kamis kemarin (9/3/2017).

No comments:
Write komentar