Ketika seorang Fahri Hamzah bicara mengenai etika, streotip masyarakat terhadap hal ini menjadi kontradiktif dengan keadaan sesungguhnya, ketika kita mengenal Fahri yang cenderung dengan logika yang dimilikinya secara terbaik-balik, pada kesempatan dimana kini ia bicara mengenai etika, bagaimana ketika seorang presiden meninjau lokasi proyek yang berada di wilayah administrative Gubernur.
…..Jokowi seharusnya tidak semobil dengan Ahok karena bisa merusak etikanya sebagai Presiden. Apalagi, Ahok tengah menjadi kontestan di Pilgub DKI 2017.
“Jadi rasa etika Jokowi hancur sebetulnya di situ, itu disayangkan sekali. Harusnya Pak Jokowi punya etika yang benar. Ini lagi Pilkada kok, kan dia harusnya enggak usah terlibat yang begini,” tegasnya.” Ujar Fahri Hamzah
Ungkapan yang membuat tugas Gubernur aktif (tidak sedang cuti) dan dijamin konstitusi/undang-undang menjadi seakan serba salah di depan pandangan Fahri Hamzah…
Tanggung jawab seorang Gubernur untuk memahami segala perihal mengenai alokasi anggaran dan progress dari pelaksanaan sebuah proyek yang ada di dalam pengelolaan administrasinya atau project yang ada di area tugasnya lalu ketika ada peninjauan dari pemerintah pusat yang langsung dilakukan oleh Presiden, kira-kira menurut Fahri Hamzah dengan logika “super” nya siapa yang patut untuk mendampingi dan menjelaskan segala progress project tadi, …..Fahri Hamzah gitu.. yang harus mendampinginya, atau kawan “karib” nya yakni Rizieq……..
Etika politik yang cenderung mengalami campur aduk dengan permainan yang dilakukan oleh Fahri Hamzah menjadi “lucu” disaksikan dan membuat rakyat jadi banyak yang membully nya di media masa dan di media sosial, seperti hendak menempatkan dirinya sebagai eksistensi politik belaka dalam hal ini PKS, walaupun PKS sudah mencoba “mencuci” tangan dengan melakukan pemecatan kepadanya,……sehingga jika ada ulah yang dibuat oleh Fahri Hamzah, mereka dengan mudah ngeles…dia bukan kader kita lagi kok…..sementara saat berulah dengan enaknya….kan saya masih anggota dewan (PKS)…..ini etika politik apa ya…..? apakah ini yang disebut politik yang menegakkan etika, sementara kedudukannya seperti layaknya….”pemain gelap” yang ada didalam tim.
Apakah tidak sebaikanya Fahri Hamzah mengambil keputusan untuk banyak menahan diri dalam melakukan lontaran-lontaran politis yang menui polemik dan “kerusuhan politik”, mengingat posisinya yang sedang bermasalah di DPR, sehingga menunjukkan kenegarawanannya…atau mungkin mereka (PKS) sedang melakukan bagi tugas bermain bad cop good cop…dan Fahri lah si bad cop nya,…jika mereka mengambil garis politik untuk menghalalkan segala cara yang penting eksis dan meraih kekuasaan….ya itulah mereka..…apakah pantas Fahri bicara etika?…apakah korupsi dapat diabaikan yang penting dapat menuai dana untuk mesin politis?….atau hal lainnya yang jauh dari etika..
Dimana sebelumnya mencoba mengomentari Pidato Jokowi pada pelantikan pengurus DPP partai Hanura dan mengkoreksi pemahaman “demokrasi” yang dilontarkan presiden Jokowi, dengan gaya ucapan politisnya….”pembuat pidato Jokowi tidak paham arti demokrasi”…ini uraian kata dari seorang “pemain gelap”…bermain kata seakan menyalahkan pembuat pidato dan mengecilkan peran presiden…..uenaknya bermain sebagai pemain gelap…sudah dipecat, tapi terus ngomong…kalau ditanya kan masih anggota dewan (PKS)…kalau terdesak bilang ini pendapat pribadi…oooh, inikah etika ?
Seharusnya PKS jika ingin memperbaiki kesannya di masyarakat harus mengambil sikap yang jelas kepada Fahri Hamzah….jangan hanya karena satu orang akan membuat penilaian PKS sebagai partai yang berpolemik di masyarakat semakin memperkeruh dan semakin membuat nama PKS menjadi “gelap”..….
Apakah PKS itu Fahri Hamzah..? atau kah Fahri Hamzah masih PKS?….berikan kejelasan dong kepada masyarakat, sehingga jangan sampai salah satu yang melakukan “penistaan” yang lainnya yang kena dampaknya…..
Hai fahri... !!!
Bangun .... !!!
sadar donk, jangan terus menerus bermimpi, ikutillah realita yang ada bahwasanya anda masih berpijak diatas bumi,, bukanya melayang diatas awan...
berhentilah bermimpi disiang bolong.
No comments:
Write komentar