Riyadh - Mufti Besar Arab Saudi Sheikh Abdulaziz Al Sheikh kemungkinan akan dipaksa pensiun setelah pernyataan kontroversialnya baru-baru ini. Laporan koran Rai al-Youm mengutip seorang pejabat tinggi Arab Saudi menyebutkan, pernyataan Sheikh Abdulaziz Al Sheikh baru-baru ini yang menggambarkan Syiah Iran sebagai "bukan Islam" mencetus "ketidakpuasan" di kalangan publik dan beberapa pejabat di Arab Saudi.
Indikasinya, Sabtu lalu, Media Arab secara resmi mengumumkan Sheik Abdulaziz tidak akan menyampaikan khutbah haji tahun ini setelah lebih tiga dekade dia melaksanakan tugas itu.
Surat kabar Rai al-Youm mengatakan Sheik Abdulaziz akan digantikan oleh ulama lain, Sheikh Abdul Rahman al-Sudais. Tapi koran itu tak menjelaskan alasan mufti besar itu tidak akan menyampaikan khutbah tahun ini.
Media yang berbasis di London itu mengatakan spekulasi atas potensi pensiun Sheikh diperkuat dalam komentar yang dibuat oleh penggantinya, al-Sudais pada hari Minggu secara resmi mengucapkan terima kasih kepada Mufti untuk 35 tahun memberikan khotbah haji.
Dalam laporannya, Rai al-Youm juga berspekulasi dengan menyebutkan penggantian Al Sheikh mungkin dibuat atas permintaan Raja Arab Saudi, Raja Salman dalam usaha memperbaiki kondisi menyusul pernyataan mufti terhadap Syiah Iran.
Al Sheikh terkenal dengan aliran Wahabi, sebuah ideologi radikal yang menginspirasi teroris takfiri di seluruh dunia. Kelompok teroris itu terutama militan Daesh menyatakan agama dan kepercayaan lain sebagai kafir dan harus dihapus.
Pertengahan pekan lalu, dia mengeluarkan pernyataan dengan menyebut pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei bukan beragama Islam dan menjadikan penduduk Islam yang berpaham Sunni sebagai musuh mereka.
Dia menjelaskan, pemimpin tertinggi Iran merupakan pengikut "magus", yang mengacu pada paham Zoroastrianisme, satu kepercayaan yang pernah menjadi pegangan utama ketika kekaisaran Persia pada abad ke-13 sebelum kedatangan Islam di bumi Iran.
Ketegangan antara kedua negara telah meningkat sejak Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran pada Januari menyusul penyerbuan kedutaan besarnya di Teheran, sebagai respon terhadap pelaksanaan eksekusi mati terhap ulama Syiah Arab Saudi, Nimr al-Nimr.
Ketegangan hubungan diplomatik itu kemudian merembet ke hal lain termasuk pengelolaan ibadah haji. Iran menuduh Arab Saudi tidak becus mengatur manajemen haji dan terkesan tak mempedulikan keselamatan jemaah menyusul tewasnya ribuan jemaah haji saat hendak melempar jumrah pada 2015. Sebanyak 400 diantara korban itu merupakan warga Iran.
PRESS TV|REUTERS|INDEPENDENT|YON DEMA
No comments:
Write komentar