PORTAL NEWS – Sang pegiat dunia maya Denny Siregar kembali keluarkan analisa terbarunya dan terpedas tentang macan Asia terbaru versinya.
Dulu seorang teman pernah bertanya, “Kenapa Jokowi tidak mau mengembangkan esemka? Kan dia sudah berjanji?”
Saya bilang, ada beberapa faktor. Pertama, Jokowi lebih condong mengembangkan transportasi massal daripada mobil, karena produksi mobil akan memacetkan lalu lintas yang sudah parah.
Kedua, industri mobil sudah dikuasai oleh Negara-negara maju dan mereka sudah 100 tahun di depan, sulit akan mengejarnya. Kalaupun mau mengembangkan, ya mobil listrik karena startnya barengan. Ketiga, kalau mobil hanya mengejar pasar lokal karena sulit bersaing di internasional, ya pada akhirnya akan hancur, jadi buat apa mengembangkan esemka dengan melihat kenyataan yang ada?”
Memang melihat kenyataan di lapangan, ukuran besarnya suatu bangsa bukanlah ada di produksi mobil. Secara teknologi mungkin kita bisa menguasainya, tetapi secara pasar akan sulit. Nasibnya bisa seperti Proton Malaysia yang asing di negeri sendiri karena selain tidak memenuhi prestige penggunanya, juga malah akan membebankan BUMN yang memproduksinya.
Jokowi berfikir lebih besar dari hanya sebuah mobil. Ia malah memproduksi JET TEMPUR.
Kebutuhan alat tempur dimasa mendatang akan meningkat. Alat tempur bukan hanya digunakan untuk perang, tetapi fungsi yang lebih penting adalah untuk pertahanan. Dengan kuatnya pertahanan negara, maka kita akan disegani oleh Negara-negara tetangga, sehingga kita akan mempunyai posisi tawar dalam segala hal mulai perdagangan sampai hubungan internasional.
Kerjasama dengan Korsel melalui PT Dirgantara Indonesia untuk mengembangkan pesawat tempur generasi 4.5 akan menjadi tonggak kebesaran nama Indonesia di mata internasional. Ini pesawat tempur dengan model semi stealth dan mampu mengecoh radar musuh.
PT Dirgantara Indonesia sendiri adalah nama baru dari Nurtanio yang didirikan oleh BJ Habibie. Dibangkitkannya PT DI seperti bagian dari penghargaan Jokowi kepada salah satu orang yang dihormatinya itu.
Yang menarik ada di perjanjian kerjasamanya.
Selain hanya menyetor modal 20% dari total modal 111 triliun rupiah, Indonesia berhak atas penguasaan teknologi sampai 100%, yang berarti tidak ada yang teknologi yang disembunyikan. Dengan penguasaan teknologi itu, maka Indonesia di tahun 2025, berhak memproduksi jet tempur sendiri.
Ini bisa dibilang keberhasilan negosiasi pemerintah Indonesia, karena biasanya jika kita memasukkan modal sedikit, maka penguasaan teknologinya ya sebesar modal itu saja. Terlihat sekali dalam negosiasi, tidak ada lobi-lobi yang memperlemah posisi Indonesia.
Dengan penguasaan di industri alat tempur dan jaringan pemasaran internasional yang dipunyai Korsel, maka banyak keuntungan yang bisa didapat oleh negara ini. Beda dengan hanya membangun mobil nasional.
Memang sudah saatnya kita berfikir lebih besar daripada berfikir hanya untuk pasar dalam negeri saja. Dunia internasional itu luas dan kita harus menjadi macan asia.
Macan asia??? Seperti pernah dengar kata itu, tapi.. dimana ya? Asu dahlah.. Lebih baik minum kopi dulu..
( Macan asia? Siapa ya yang pernah mengatakan itu ?*berfikir keras mengetuk-ketukkan jari ke meja*). (ARN)
2 comments:
Write komentar