"Saya katakan bahwa Pancasila usulan Soekarno, menempatkan sila ketuhanan pada sila yang terakhir. Kalau orang Betawi bilang sila buntut. Saya orang Betawi nih. Kalau pertama sila kepala terakhir sila buntut. Saya katakan Pancasila piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Pancasila UUD 18 Agustus 1945 menempatkan sila ketuhanan menjadi sila kepala. Nah buntut dipermasalahkan," kata Rizieq usai merampungkan pemeriksaan di Mapolda Jabar, Kamis (12/1), dilansir Merdeka.com.
Menurut Rizieq, salah pemahaman itu terletak dari arti penggunaan buntut yang diucapkannya hingga dipersoalkan ke kepolisian. Rizieq mengatakan, pemakaian kata buntut dalam warga Betawi memiliki makna terakhir.
"Baiklah, kalau andaikata kata buntut tidak diterima, berarti yang saya kritik baru Pancasila usulannya bukan yang Pancasila dasar negara. Kecuali kalau Pancasila dasar negara. Terus saya nodai, berarti saya nodai lambang negara. Jadi tolong dipahami. Kalau orang Betawi bilang nomor akhir itu buntut. Jangan kaget yah," ujar Rizieq.
Habib Rizieq juga menyampaikan terima kasih kepada pihak kepolisian karena pemeriksaan berjalan lancar.
"Saya sampaikan kepada penyidik bahwa ceramah yang saya sampaikan adalah tesis ilmiah saya pada saat saya mengambil S2 di University Malaya Malaysia judulnya pengaruh pancasila terhadap penerapan syariat Islam di Indonesia. Setelah saya lulus tesis ilmiah diuji secara akademik saya lulus dengan nilai memuaskan," jelasnya.
Setelah menyampaikan orasinya, Rizieq kemudian meminta pendukungnya untuk pulang. Dia menitipkan pesan untuk tidak terprovokasi.
"Silakan pulang. Jangan diladeni kalau ada provokasi," ucapnya.
Kasus dugaan penghinaan Pancasila Rizieq saat ceramah di wilayah Jawa Barat dilaporkan salah satu putri Presiden pertama RI Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri. Laporan Sukmawati ke kepolisian dilatarbelakangi pernyataan Rizieq yang menyebut 'Pancasila Soekarno ketuhanan ada di Pantat, sedangkan Pancasila piagam Jakarta ketuhanan ada di kepala'.
http://www.beritakepo.com/2017/01/bantah-sebut-pancasila-pantat-habib.html
No comments:
Write komentar