Pati – Dua bocah desa dari SMA PGRI 2 Kayen, Pati, yakni Suprihatin dan Raafi Jaya Sutrisna, bikin ahli fisika dan peneliti dunia tercengang. Dua bocah ini mampu mengalahkan peneliti muda dari 35 negara, dengan temuannya berupa komposit dari kulit singkong dan serat pohon pisang.
Produk ciptaan mereka bisa digunakan untuk bahan baku badan pesawat, kapal dan otomotif. Temuan dua bocah desa ini, ini pun membuahan medali emas dalam ajang International Young Inventors Project Olympiad (IYIPO) di Georgia pada 24 April 2016.
Mereka bersaing dengan lebih dari 100 proyek ilmiah dari 35 negara di dunia. Di bidang fisika, ada sekitar 20 proyek ilmiah di seluruh dunia.
“Kami bersyukur bisa meraih medali emas, setelah bersaing dengan 20 proyek ilmiah bidang fisika di seluruh dunia. Kami berharap agar karya anak kami ini bisa dilirik negara, atau perusahaan untuk membuat produk bahan interior dari komposit kulit singkong dan serat pisang,” ujar Kepala SMA PGRI 2 Kayen, Surata kepada Koran Muria, Rabu (27/4/2016).
Sebelum mendapat penghargaan ini, dua siswa yang duduk di kelas tiga SMA PGRI 2 Kayen itu, harus berjibaku melakukan penelitian selama setahun dan menyisihkan lebih dari seribu proyek penelitian pada ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO).
Di bidang fisika, Suprihatin dan Raafi Jaya Sutrisna harus bersaing dengan 20 proyek penelitian dari berbagai negara. Ada 35 negara yang ikut dalam kompetisi tersebut, antara lain Amerika Serikat, Bosnia, Ukraina, Vietnam, Turki, Swiss, Malaysia, Yordania, Denmark, Filipina, Mesir, Jerman, Romania, Pakistan, India, Irak, Slovakia, Thailand, Uganda, Albania, Belarus, dan lainnya.
Ratusan peserta dari 35 negara itu bertanding dalam enam kategori. Yaitu Fisika, Biologi dan Ekologi, Kimia, Teknologi Informasi, Matematika, dan Engineering. Kebetulan, siswa SMA PGRI 2 Kayen meneliti bidang fisika material.
Keduanya mengambil penelitian tentang karbon aktif singkong dan serat batang pisang sebagai material alternatif untuk industri otomotif, kapal, dan pesawat terbang. Hasil penelitian itu dinamakan komposit atau fiber.
Fiber karya siswa tersebut diklaim tahan korosi, kuat, ringan, ekonomis, dan tahan api. Dengan keunggulan produk tersebut, sejumlah juri IYIPO terkagum dengan bahan fiber yang diciptakan dari serat batang pisang dan kulit singkong di mana ketersediannya melimpah di Indonesia.
“Di Kecamatan Margoyoso, limbah kulit singkong yang dihasilkan dari industri tapioka mencapai 10 ton dalam satu bulan. Itu yang menginspirasi kita untuk memanfaatkannya sebagai bahan baku industri pesawat terbang, otomotif, dan kapal,” ujar Mohamad Rauf, guru fisika yang membimbing kedua siswa tersebut.
Sementara itu, Raafi mengaku karyanya itu sempat dikagumi dunia internasional saat dipamerkan selama tiga hari, di sebuah mall besar di Kota Tbilisi, Georgia. Bahkan, juri yang melakukan penilaian selama dua hari berturut-turut, meminta agar karyanya itu benar-benar dimanfaatkan dunia industri di Indonesia.
“Kita di Georgia selama tiga hari. Hari pertama, pembukaan dan pameran karya di mall besar. Hari kedua, pameran, pemaparan dan penjurian. Hari ketiga, penutupan dan jalan-jalan keliling Kota Tbilisi. Alhamdulillah, juri kagum dengan karya kita hingga mendapatkan medali emas,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Suprihatin. Ia mengatakan, juri sempat berpesan dan berharap agar karya kompositnya yang awet, ringan dan tahan api itu bisa dimanfaatkan sebagai produk kebanggan di Indonesia.
“Setelah melakukan penilaian, juri berharap agar karya kami dipakai di negara kami. Sebab, ketersediaan kulit singkong dan serat batang pisang sangat melimpah di Indonesia,” pungkasnya. ( Koran Muria )
BACA JUGA : HARRY TANOE MEMBUAT JONRU DAN NU GARIS LURUS GERAH
BACA JUGA : HARRY TANOE MEMBUAT JONRU DAN NU GARIS LURUS GERAH
No comments:
Write komentar