Cukup mengejutkan dunia, dimana ternyata China mempublikasikan dan masih peduli terhadap warisan budaya serta agama, publikasi AL-Quran tulisan tangan tertua dari abad ke-11 ini membuktikan bahwa China tidaklah seperti yang dibayangkan orang, bahkan di Indonesia, anti China semakin mewabah hingga disebut sebut sebagai antek Aseng dan PKI, tapi fakta disana sungguh bertolak belakang, simak berikut ini
Cina publikasikan salinan Al Qur'an tulisan tangan tertua edisi reproduksi. Demikian diberitakan kantor berita resmi pemerintah Cina, Xinhua, seperti dikutip dari Antara, Minggu (7/5/2017).
Kitab suci yang disalin dari tulisan tangan asli tersusun dari 870 halaman dengan berat 12,5 kilogram itu dipublikasikan oleh Ethnic Publishing House.
Namun kitab suci umat Islam itu hanya untuk tujuan penelitian, sehingga masyarakat umum tidak bisa membelinya.
Bentuk aslinya ditulis selama masa setelah abad ke-11 sebagaimana hasil riset para peneliti dari Peking University.
Nenek moyang suku Salar, salah satu kelompok minoritas etnis di Cina, meninggalkan wilayah Asia Tengah ratusan tahun yang lalu dengan membawa Al Qur'an tulisan tangan dan pada akhirnya menetap di kawasan Sungai Kuning.
Al Qur'an tulisan tangan yang asli ditempatkan di museum di wilayah otonomi Salar Xunhua di barat laut Provinsi Qinghai yang dihuni lebih dari 100 ribu jiwa masyarakat Salar.
Hal itu menjadi bukti nyata sejarah 800 tahun kehidupan kelompok minoritas etnis Salar yang menganut agama Islam.
"Edisi fotokopi ini bisa menjadi contoh yang bagus untuk melestarikan kitab suci nenek moyang yang sangat berharga di Cina," kata Deputi Direktur Lembaga Etnik dan Agama Provinsi Qinghai, Ma Wenbiao.
Nenek moyang suku Salar yang merupakan bangsa Samarkandi--bekas wilayah Uni Soviet--mendiami wilayah Dunhua pada masa Dinasti Yuan (1271-1368).
Awalnya mereka menggunakan bahasa Altaik, cabang bahasa Turki, sebagai bahasa ibu.
Setelah sering berkomunikasi dengan suku Han, suku Hui, dan masyarakat Tibet, beberapa kata yang diucapkan suku Salar dipengaruhi oleh bahasa Mandarin dan bahasa Tibet.
Saat ini beberapa anak muda suku Salar sudah bisa bahasa Mandarin.
Semua penduduk suku Salar beragama Islam yang taat pada kitab suci, rajin beribadah dan berziarah. Mayoritas suku tersebut bercocok tanam.[sua]
No comments:
Write komentar