Seperti yang sudah kita ketahui, Anies Baswedan saat ini semakin turun popularitasnya. Dengan inkonsistensi yang ia kerjakan dari awal pencalonan dirinya menjadi gubernur ditemani oleh calon wakil gubernur Sandiaga Uno. Anies sadar bahwa dirinya semakin lama, semakin terpuruk, dan semakin lama, semakin dianggap hina oleh banyak orang.
Anies sang inkonsisten sejati
Anies adalah inkonsisten sejati. Manusia yang memiliki banyak cabang. Akalnya licik, mirip seperti ular yang menggoda. Kata-katanya sopan, namun berbisa. Perangainya baik, namun terlihat hasrat terpendam yang disembunyikan di balik kesantunannya. Mulai dari penggorengan isu-isu SARA yang dimunculkan oleh pendukungnya, sampai kepada janji memberikan dana kepada seluruh ormas yang ada di Jakarta.
Selama ini ormas sedang “kemarau panjang” di bawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama
Pemprov DKI yang selama ini dipimpin oleh Pak Ahok memang tidak menjanjikan banyak uang untuk dibagi-bagi, dan ditabur-taburkan kepada ormas-ormas. Bahkan beberapa ormas yang ada di DKI Jakarta, mengalami kekeringan dan kemarau yang panjang di dalam kepemimpinan Pak Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Pak Wagub Djarot Saiful Hidayat.
Siasat setan: mendulang suara ormas
Entah dari mana uang yang akan diberikan kepada setiap ormas, yang penting Anies mendapat suara terlebih dahulu. Harga diri yang begitu mahal dikorbankan oleh Anies ketika ia dipecat dari kursi menteri pendidikan, mulai perlahan-lahan diraih Anies kembali. Harga diri yang udah begitu rendah, sekarang mulai ditambal oleh semacam kalimat-kalimat janji yang manis.
“Komitmen kita adalah kita ingin memastikan semua ormas di Jakarta dapat dukungan dari Pemda dan dananya ada. Begitu ada keberpihakan, dananya bisa disalurkan kepada mereka,” – Anies Baswedan.
Di balik janji manis tersebut, tentu Anies sekarang sedang lupa resiko yang akan didapatkannya. Kepercayaan warga Jakarta, itulah yang sedang dipertaruhkan oleh Anies. Anies sedang menyayat-nyayat dan merobek kepercayaan warga Jakarta. Warga Jakarta yang sudah cerdas, tentu berpikir bahwa ormas-ormas akan hidup sendiri, tidak perlu dibiayai oleh Pemprov DKI Jakarta. Ormas hadir bukan untuk membebankan Pemprov dan warga, justru kehadiran ormas, seharusnya menyejahterkaan warga Jakarta.
Keanehan pemikiran Anies ini sangat memperlihatan nafsu Anies yang sedang ingin menguasai Jakarta. Isu SARA sudah tidak mempan untuk menyerang Ahok. Pak Ahok semakin diserang melalui isu SARA, justru semakin melejit suara dukungannya. Mulai dari pergerakan umat yang katanya merasa ternodai dengan kalimat Pak Ahok, sampai pergerakan orang-orang yang tidak mau menyolati jenazah pendukung Ahok, justru membuat Ahok semakin melejit.
Anies mempertaruhkan uang rakyat dan kepercayaan rakyat
Hal berikut yang dipertaruhkan oleh Anies adalah uang rakyat. Rakyat membayar pajak, untuk mendapatkan fasilitas. Bagaimana mungkin Anies yang dengan mudahnya ingin menggunakan uang rakyat untuk mendukung semua ormas? Ini kebahayaan laten yang harus diselesaikan.
Jangan sampai Anies terpilih menjadi gubernur, jika warga Jakarta tidak ingin pajak yang dibayar, digunakan untuk hal yang tidak membawa kemaslahatan bagi warga Jakarta! Jangan sampai paja yang sudah dibayar, digunakan untuk memperbesar ormas-ormas yang ada di Jakarta.
Mereka orang-orang yang bermasalah
Orang yang bermasalah, jika memimpin, akan menjadi seperti bom waktu yang siap-siap menghancurkan hajat hidup warga yang dipimpinnya. Lihat saja Aher dengan kasus banjirnya. Sekarang, Anies dan Sandi yang memiliki banyak sisi abu-abu di masa lalunya, tentu menjadi pertimbangan yang harusnya membuat kita semakin jelas. Semakin jelas melihat bahwa mereka bukanlah calon pemimpin Jakarta. [detik][seword]