Surat Terbuka untuk BEM SI dari Mantan Mahasiswa 98 yg ikut lengserkan Suharto

 

Seorang mahasiswa era tahun 1998, Ferry Putera menulis Surat Terbuka kepada para adik-adiknya mahasiswa pasca demonstrasi yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia, Kamis (12/1/2017) yang lalu.

Menurut Ferry, permasalahan yang mereka hadapai pada tahun 1998 itu jauh berbeda dengan masalah yang sekarang ini.
“Yang kami lengserkan saat itu adalah sebuah rezim totaliter yg sangat korup, dan menindas”, tulis Ferry melalui media sosial facebooknya.

Berikut isi surat lengkap yang ditulis oleh Ferry tersebut:

Kepada Para Adinda Mahasiswa
Tahun 1998 lalu kami kakak kalian tampil heroik menjatuhkan Soeharto. Mengapa ? Sebab Yg kami lengserkan saat itu adalah sebuah rezim totaliter yg sangat korup, dan menindas.

Tapi Presiden yang sekarang?
Di zaman sekarang, kekuasaan telah terdistribusi secara efektif sehingga tidak mungkin seorang penguasa bisa berkuasa tanpa batas. Apalagi Jokowi sang presiden tidak ada sedikitpun terindikasi melakukan KKN. Anaknya saja jualan martabak. Semua anggota keluarga tetap melanjutkan kehidupan normalnya tanpa terpengaruh oleh silaunya gelimang harta dan kekuasaan.

Jadi, tidak ada alasan yang bisa diterima akal atas aksi demo kalian hari ini, apa lagi dengan bunyi tuntutan Mundur kepada

Presiden Jokowi. Yang terjadi Justru semakin memperlihatkan rendahnya kelas kalian di mata kami kakak kalian ...
Baik saya jelaskan..,

Kenaikan harga BBM?
Yang naik itu bukan premium dan solar tapi Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite dan Pertalite. Naiknyapun hanya Rp. 300, dan itu sebenarnya ditujukan untuk BBM kepada mereka yang mampu. Apakah mereka keberatan ? Tidak!!! Kalaupun mereka keberatan mereka bisa pindah ke Premium.

Lalu kalian bilang Jokowi tidak peduli kepada rakyat dan tunduk dengan pasar?
Apakah dengan memaksa harga BBM di Papua sama dengan daerah lain itu msh kalian anggap pro pasar? Bayangkan oleh karena kebijakan satu harga itu Pertamina sampai harus rela merugi Rp. 800 miliar. Pasar memang tidak bisa dilawan. Tapi pada batas tertentu negara harus hadir demi keadilan walau mahal sekali ongkosnya.

Apakah rezim sebelumnya mikir soal beginian? Jelas tidaak!!!

Kenaikan listrik?
Di Indonesia, total pelanggan listrik 900 VA ada 22,9 juta rumah tangga. Namun berdasarkan kajian dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), hanya 4,1 juta pelanggan dinilai layak mendapatkan subsidi. Sisanya, 18,8 juta pengguna distrik 900 VA merupakan rumah tangga mampu sehingga tidak berhak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pelanggan inilah yang subsidinya dicabut.”

Lalu apa salah bIla orang mampu tidak perlu di subsidi?

Lantas kalian demo menuntut Jokowi mundur itu dasarnya apa?

Cobalah berpikir bijak dan cerdas, supaya kalian tidak jadi pecundang hanya karena provokasi segelintir orang picik dan haus kuasa.

Ingat, musuh sejati bangsa ini yang sesungguhnya adala Korupsi, Narkotika, Terorisme, Rasisme dan Penindasan, bukan serorang Presiden yg dipilih secara demokratis oleh Rakyat, tutup Ferry.
Salam! (NN/SN)

No comments:
Write komentar