Kupang,Sore itu, sekitar pukul 16.30 Wita, sejumlah pekerja membereskan pekerjaan sisa di bagian luar bangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kendaraan pengangkut material masuk keluar di area luar bangunan PLBN, membawa serta para pekerja yang membereskan sisa-sisa bangunan khusus di bagian taman, jalan rigid pavement (jalan beton semen), dan jalan khusus bagi pejalan kaki. Pengerjaan bangunan itu telah rampung 100 persen.
Para pekerja terlihat begitu bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan akhir karena, menurut rencana, PLBN Motaain akan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (12/12/2016).
Selain para pekerja yang sibuk, tampak warga setempat juga melintas di dua jalur jalan PLBN menuju jalan protokol. Ada yang jalan kaki dan ada pula yang menggunakan sepeda motor, bahkan ada warga dari Atambua yang datang ke tempat ini hanya untuk mengambil foto bangunan dan juga berfoto bersama.
Rupanya PLBN Motaain saat ini telah menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh warga setempat dan juga warga dari luar desa. Bentuk bangunannya tampak megah dan jelas kontras sekali dengan bangunan milik warga dan pemerintah setempat yang berada di sekitar area PLBN.
“Sekarang PLBN Motaain ini telah menjadi obyek yang menarik untuk warga di sini, warga Kota Atambua, dari luar Kabupaten Belu, bahkan warga dari Negara Timor Leste banyak yang datang hanya untuk sekadar berfoto bersama di sini, dan itu setiap harinya selalu ada saja orang yang berkunjung ke sini,” kata Kepala Desa Silawan Ferdinandus Mones Bili kepada Kompas.com, Sabtu (10/12/2016) pagi.
Ferdinandus mengaku sangat bangga karena perhatian pemerintah pusat begitu besar dalam pembangunan PLBN di wilayah perbatasan.
“Kalau dulu orang yang datang di perbatasan ini lebih tertarik untuk berfoto di PLBN milik Timor Leste, sekarang malah berbalik. Karena itu, saya mewakili masyarakat di perbatasan hanya bisa ucapkan terima kasih kepada Pak Jokowi bahwa sekarang kami tidak malu lagi dengan Timor Leste,” kata Ferdinadus.
Menurut Ferdinandus, jika dibandingkan, PLBN satu atap sebelumnya sangat jauh berbeda. Bangunan yang dulu berkonstruksi sangat sedehana karena dibangun sebelum tahun 2000.
Selain itu, prasarana pendukungnya tidak lengkap dan tak tertata dengan baik pula, yang berakibat pada pelayanan yang tak maksimal. Ferdinandus pun berharap, pembangunan infrastruktur yang megah harus ditunjang juga dengan pembangunan sumber daya manusia yang berada di perbatasan, yakni dengan cara megah pula, sehingga ada keseimbangan.
Dia juga menginginkan agar masyarakat yang bermukim di dekat PLBN harus diperhatikan dari segi ekonomi karena masih banyak yang belum memiliki rumah layak huni, aliran listrik, dan air bersih.
Ferdinandus mengaku, di desanya ada anggaran yang cukup untuk membantu masyarakat. Namun, bentuknya hanya untuk pemberdayaan sehingga kebutuhan masyarakat akan rumah dan listrik serta air untuk saat ini belum bisa dipenuhi.
Meski begitu, lanjut Ferdinandus, dia yakin pembanggunan PLBN yang megah ini akan berdampak positif pada ekonomi masyarakat di wilayahnya.
Sementara itu, Benediktus Warno Sijintak, juru bicara PT Waskita Karya, yang merupakan pelaksana proyek PLBN Motaain, mengatakan, saat ini proyek fisik pembangunan PLBN sudah mencapai 100 persen. Hanya, masih tersisa pekerjaan tambahan lainnya, yakni taman dan jalan beton.
“Untuk gedung sudah 100 persen, hanya tinggal yang lanskapnya saja. Kalau yang untuk lanskap di areal PLBN ini sudah sampai 99 persen jadi tinggal hanya melaksanakan pekerjaan bersih-bersih dan ada pekerjaan kecil di kanopi yang akan segera selesai. Target kita sebelum Pak Jokowi datang, semuanya sudah selesai,” kata Sijintak.
Proyek pembangunan gedung ini, lanjut Sijintak, sudah diserahterimakan kepada dinas terkait dan juga pihak pengelola. Bahkan, gedung ini telah digunakan oleh pihak imigrasi dan karantina sejak 24 November 2016 lalu. Sijintak menjelaskan, luas areal PLBN ini adalah 8 hektar.
Di dalam area PLBN ini terdapat bangunan inti, gerbang perbatasan, kargo keberangkatan, kargo kedatangan, dan bangunan pendukungnya, seperti menara genset, rumah pompa, jembatan timbang, dan pintu gerbang.
“Gedung PLBN ini sudah mulai digunakan, dan sistem CIQS (Custom Immigration Quarantine Security atau bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan) sudah berjalan lebih dari satu minggu,” ucapnya.
Penulis | : Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere |
Editor | : Caroline Damanik |
No comments:
Write komentar