Sebelum hal itu terjawab, marilah kita intip dulu postingan status Instagram Mario Teguh alias MT.
Ia menulis ….
“Untuk merasa damai di dalam kecukupan itu mudah. Tetapi untuk tetap merasa damai dalam ujian kehidupan – membutuhkan keberserahan yang tidak sederhana kepada kehendak Tuhan.”
Ia menutup dengan pertanyaan “Anda setuju?”
Kalimat ini mengisyaratkan Mario Teguh saat ini sedang menjalani hari-hari berat untuk berpasrah pada Tuhan atas tudingan tak mengakui anak yang dilancarkan Ario Kiswinar dan menghebohkan publik sepekan terakhir.
Gara-gara kalimat tersebut, Instagramnya banjir dukungan simpati dan doa agar MT dan keluarganya lulus dari ujian badai kencang ini.
Apalagi selain tudingan dari Ario, adik MT sendiri ikut ‘menyerang’ Sang Motivator.
Namun ternyata, selain banyak orang marah pada MT, tak sedikit yang masih konsisten ngefans pada suami Linna Teguh itu.
“Kita diuji karena Allah sayang sama kita.. dan menginginkan kita selalu dekat dengan Nya. Makanya kita sll diingatkan. Ttp semangat ya pak.. tidak ada yg kebetulan .. semua adalah atas ijin Nya,” tulis akun Instagram @helene_himawan
“Setiap pekerjaan / penghasilan yg di dapat pasti ada resiko / Ujiannya..Semakin besar penghasilan / kedudukan..pasti besar pula resiko / ujiannya..seperti halnya motivator / penasehat..pasti akan di uji dengan nasehatnya sendiri..Semoga kita semua bisa melewati ujian Hidup..,” tulis @olivilo_abe.
“Setuju… jgn biarkan org yg ingin mencari keuntungan membuat anda menjadi stress…,” tulis @susi_511si
Meski demikian, tak sedikit yang masih marah-marah pada MT.
Sampai-sampai seorang blogger Kompasiana bernama Susy Haryawan membuat tulisan analisa berjudul:
Mengapa Banyak yang Marah kepada Mario Teguh?
Ia menyusun tulisan 7 penyebab banyak orang berbalik marah pada MT:
Berikut ini tulisan dia seutuhnya:
Mengapa Banyak yang Marah kepada Mario Teguh?
Persoalan yang menimpa Mario Teguh telah membuat orang yang paling super itu menerima dua sikap yang bertolak belakang.
Satu pihak kecewa dan pihak lain pihak mendukungnya dengan segala daya upaya.
Tentu pro dan kontra wajar, sah-sah saja dan boleh, tidak ada yang melarang bukan?
Tidak hendak mengupas mana yang benar atau mengapa reaksinya demikian, namun mengapa menjadi kecewa sedemikian besar.
Apa alasan bagi yang menjadi marah dan bisa bersikap sedemikian kecewanya?
Pertama, tuntutan adanya satu kata dan perbuatan dari motivator yang dilakoni Mario Teguh.
Tidak heran orang bisa mengatakan enakan menasihati ya Pak, beda kalau sedang menghadapi sendiri.
Hal ini boleh saja terjadi, namanya orang yang ngefans, mengidolakan, dan merasakan pengharapan yang besar, bahwa yang mengucapkan itu bisa juga melakukan semua itu dalam kehidupannya.
Kedua, ada pula yang merasa terpedaya. Apa yang diikuti, didengar, dijalani, dan dilakukan dengan penuh kekaguman itu ternyata tidak sepenuhnya benar.
Hal ini tidak salah, namanya juga orang berharap. Namun jangan lupa, itu adalah profesi, pekerjaan, dan kitalah yang datang dan membayar mahal Mario Teguh, kata-katanya kita dengar, kita simpan, kita file dan seperti jimat yang berperan dalam hidup ini.
Dan ketika ternyata ia sedang tersandung, kita seperti terbangun dan merasakan bahwa kita tertipu, apakah demikian?
Ketiga, kita sering terlalu tinggi berharap, ekspektasi, dan mengingkan orang itu sempurna ketika kita percayai, atau dengarkan.
Tidak heran kita sangat kecewa kala menghapi kenyataan yang tidak sepenuhnya seperti yang kita harapkan.
Sebenarnya wajar bukan ketika orang itu memiliki kelemahanan, kesalahan, dan melakukan pilihan yang tidak tepat di dalam hidupnya.
Apakah jika motivator itu tentu sempurna? Tentu tidak, namanya manusia, hidup di dunia, dan tentunya penuh dengan keterbatasan bukan?
Keempat, para penggemar yang geram itu mencari ketenangan, kekuatan, dan penghiburan dari Mario Teguh dan lupa bahwa dia hanya sebagai sarana bukan sebagai tujuan atas “ketenangan” yang diperoleh.
Apa yang disampaikan itu harusnya mengubah, bukan hanya menjadi kata-kata “mistis” yang menjadi sumber kekuatan itu.
Jika sampai memahami demikian, tidak akan merasa teperdaya, merasa “dibohongi”, dan sejenisnya.
Lepas dari urusan pribadinya, toh kita pernah merasa tersentuh, terinspirasi, dan termotivasi oleh kata-katanya.
Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi kegusaran menghadapi hal ini?
Satu, memisahkan bahwa secara profesi, pribadi yang bersangkutan tetap saja manusia yang bisa salah dan berbuat keliru.
Semua profesi dan pekerjaan akan menghadapi hal yang demikian.
Dua, tidak ada yang sempurna di dunia ini, bisa saja bahwa kata-katanya indah, kalimatnya menginspirasi, eh kelakuannya ternyata jauh dari itu semua.
Jika itu seluruh hidup sehari-hari buruk, namun kalau di panggung bertolak belakang, sangat bisa dipahami kemarahannya, namun jika ada satu dua kekeliruan namun melakukan yang sebaliknya jauh lebih banyak tentunya tidak adil kemarahan itu.
Tiga, harapan itu yang wajar saja, menilai da mengagumi dengan wajar sehingga tidak perlu berlebihan ketika menghadapi fakta yang tidak sepenuhnya ideal. Hal ini akan sering ditemui.
Harapan yang berlebihan membuat kita kecewa juga lebih bukan?
Empat, semua profesi tentu dijalankan oleh pelakunya yang juga memiliki sisi pribadi, yang bisa saja bertolak belakang dengan yang dilakukan.
Contoh, guru yang mencubit murid itu, kan tidak seluruh perjalanan karir guru itu terus mencubit, kadang orang tua jauh lebih banyak, mengapa yang disorot mencubitnya? Kurang proporsional dan oobyektif dalam menilai.
Lima, motivator, kata-kata motivasi, ataupun kalimat indah dari manapun asalnya adalah sarana untuk memperkembangkan kita, bukan katanya itu, orangnya, namun perkembangan kita yang penting.
Perubahan sikap kita, bukan makna katanya, atau orangnya itu. Bagaimana dulu kita sudah begitu enggebu-gebu dengan kata-katanya namun sekarang menghujatnya?
Apa bisa yang dulu itu menggerakkan sekarang menghambatnya? Apakah kata-katanya berubah? Tidak bukan, masih tetap super.
Enam, kita perlu mengendalikan paradigma kita, sehingga pola pikir kita tidak memaksakan apa yang ada itu harus sesuai dengan konsep, keinginan, dan harapan kita, ada saja halangannya dan tidak marah.
Tujuh, jika selama ini sudah termotivasi, terdukung, dan terinspirasi oleh kata-kata Mario Teguh, mengapa justru membalas dengan caci maki, hujatan, dan kemarahan?
Apakah itu balasan dari orang yang pernah merasa terbantu?
Salah satu kaos menuliskan “HIDUP TIDAK SEMUDAH KATA MOTIVATOR” memang demikian, toh nyatanya sang motivator pun menghadapi masalah itu sendiri.
Semua orang bisa menghadapi masalah, namun bagaimana mengatasi masalah dan bangkit kembali menatap jalan ke depan dengan bijaksana tanpa merugikan siapapun itu kualitas hidup kita. Salam
Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi kegusaran menghadapi hal ini?
Satu, memisahkan bahwa secara profesi, pribadi yang bersangkutan tetap saja manusia yang bisa salah dan berbuat keliru.Semua profesi dan pekerjaan akan menghadapi hal yang demikian.
Dua, tidak ada yang sempurna di dunia ini, bisa saja bahwa kata-katanya indah, kalimatnya menginspirasi, eh kelakuannya ternyata jauh dari itu semua.Jika itu seluruh hidup sehari-hari buruk, namun kalau di panggung bertolak belakang, sangat bisa dipahami kemarahannya, namun jika ada satu dua kekeliruan namun melakukan yang sebaliknya jauh lebih banyak tentunya tidak adil kemarahan itu.
Tiga, harapan itu yang wajar saja, menilai da mengagumi dengan wajar sehingga tidak perlu berlebihan ketika menghadapi fakta yang tidak sepenuhnya ideal. Hal ini akan sering ditemui.Harapan yang berlebihan membuat kita kecewa juga lebih bukan?
Empat, semua profesi tentu dijalankan oleh pelakunya yang juga memiliki sisi pribadi, yang bisa saja bertolak belakang dengan yang dilakukan.Contoh, guru yang mencubit murid itu, kan tidak seluruh perjalanan karir guru itu terus mencubit, kadang orang tua jauh lebih banyak, mengapa yang disorot mencubitnya? Kurang proporsional dan oobyektif dalam menilai.
Lima, motivator, kata-kata motivasi, ataupun kalimat indah dari manapun asalnya adalah sarana untuk memperkembangkan kita, bukan katanya itu, orangnya, namun perkembangan kita yang penting.Perubahan sikap kita, bukan makna katanya, atau orangnya itu. Bagaimana dulu kita sudah begitu enggebu-gebu dengan kata-katanya namun sekarang menghujatnya?
Apa bisa yang dulu itu menggerakkan sekarang menghambatnya? Apakah kata-katanya berubah? Tidak bukan, masih tetap super.
Enam, kita perlu mengendalikan paradigma kita, sehingga pola pikir kita tidak memaksakan apa yang ada itu harus sesuai dengan konsep, keinginan, dan harapan kita, ada saja halangannya dan tidak membuat kita sakit hati dan marah.
Tujuh, jika selama ini sudah termotivasi, terdukung, dan terinspirasi oleh kata-kata Mario Teguh, mengapa justru membalas dengan caci maki, hujatan, dan kemarahan?
Apakah itu balasan dari orang yang pernah merasa terbantu?
Salah satu kaos menuliskan “HIDUP TIDAK SEMUDAH KATA MOTIVATOR” memang demikian, toh nyatanya sang motivator pun menghadapi masalah itu sendiri.
Semua orang bisa menghadapi masalah, namun bagaimana mengatasi masalah dan bangkit kembali menatap jalan ke depan dengan bijaksana tanpa merugikan siapapun itu kualitas hidup kita. Salam
No comments:
Write komentar