Negara mana yang warganya termasuk gila kerja atau workaholic? Expert Market, sebuah situs bisnis global berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan analisa terhadap waktu kerja seluruh kota di dunia.
Hasilnya seperti dilansir dari Business Insider, Jakarta berada di urutan ke-9 dari 10 besar kota 'rumah' bagi orang-orang penggila kerja.
1. Hong Kong (50,1 jam)*
Pekerja di Hong Kong menempati peringkat teratas sebagai pemilik waktu kerja terlama. Pekerja Hong Kong tercatat menghabiskan waktu 50,1 jam untuk bekerja dalam seminggu.
Hong Kong memang dikenal sebagai rumah bagi perusahaan-perusahaan besar dunia. Para pekerja di Hong Kong bekerja lebih dari 27,4% rata-rata jam kerja dunia.
2. Mumbai, India (43,8 jam)
Pekerja di Mumbai menghabiskan waktu 43,8 jam untuk bekerja dalam seminggu. Mumbai dikenal sebagai kota super sibuk ke-2 dunia. Pekerja di Mumbai menghabiskan waktu rata-rata 2.276,6 jam di kantor dalam satu tahun.
3. Mexico City, Meksiko (43,5 jam)
Pekerja di Mexico City menghabiskan waktu 43,5 jam untuk bekerja dalam seminggu. Kota ini menjadi pemilik pekerja keras tertinggi di negara barat. Rata-rata pekerja di sana mendapatkan cuti sebanyak 17,3 hari dalam setahun. Sementara, pekerja menghabiskan waktu bekerja 16,3% lebih banyak dari rata-rata penduduk dunia.
4. New Delhi, India (42,6 jam)
New Delhi menjadi kota ke-2 di India yang masuk dalam peringkat. Pekerja di New Delhi rata-rata menghabiskan waktu 42,6 jam dalam seminggu untuk bekerja. Pekerja di sana rata-rata menghabiskan waktu bekerja 14,56% lebih lama dibanding penduduk dunia.
5. Bangkok, Thailand (42,1 jam)
Bangkok menjadi kota pertama yang masuk peringkat dari Asia Tenggara. Pekerja di Bangkok menghabiskan waktu 42,1 jam seminggu untuk bekerja. Di Asia, Bangkok menempati peringkat ke-4 sebagai kota dengan waktu kerja terlama. Pekerja di Bangkok hanya mendapatkan cuti rata-rata 9 hari dalam setahun.
6.Dubai, Uni Emirat Arab (42,04 jam)
Pekerja di Dubai Uni Emirat Arab menghabiskan waktu 42,04 jam seminggu untuk bekerja. Dubai adalah dikenal sebagai taman bermain untuk orang kaya dengan hotel mewah, pantai menakjubkan dan kehidupan malam yang gila.
Meski terkesan hedonis, ada etos kerja cukup solid di kota kaya tersebut. Pekerja rata-rata mengambil 30 hari liburan per tahun.
7. Nairobi, Kenya (42 jam)
Pekerja di Nairobi, Kenya menghabiskan waktu untuk kerja selama 42 jam seminggu. Sebagai salah satu ibu kota paling penting di Afrika,
Nairobi memiliki budaya kerja kuat, yang diterjemahkan ke dalam jam yang relatif lama untuk pekerja, yakni 2.184 jam per tahun, 13,4% lebih tinggi dari rata-rata global.
8. Taipe, Taiwan (41,2 jam)
Para pekerja di ibu kota Taiwan, Taipe rata-rata bekerja selama 41,2 jam seminggu atau 2.140 jam per tahun. Itu 11,6% lebih tinggi dari rata-rata global.
9. Jakarta, Indonesia (40,4 jam)
Pekerja di Jakarta rata-rata menghabiskan waktu 40,4 jam untuk bekerja. Pekerja Jakarta menghabiskan waktu kerja 9,99% lebih lama. Di Jakarta, jatah cuti yang diberikan berada di kisaran 12 hari dalam setahun.
10. Bogota, Kolombia (40,3 jam)
..
Pekerja di Bogota, Kolombia menghabiskan waktu 40,3 jam seminggu untuk beraktivitas kerja. Pekerja di ibukota negeri yang terkenal dengan perdagangan obat-obat bius tersebut rata-rata bekerja selama 2.096.3 jam per tahun, dengan liburan hanya 15 hari.
*Jam kerja dalam seminggu
Kota dengan Jam Kerja Terpendek di Dunia
Sementara itu, Union Bank of Switzerland (UBS) melakukan riset mengenai kota dengan jam kerja paling singkat di dunia, yang dituangkan dalam laporan berjudul Prices and Earnings 2015.
Seperti dikutip dari CNN Money, sebanyak 10 kota di Benua Eropa menjadi kota yang paling ramah bagi pekerja, dengan jam kerja paling singkat di dunia. Berikut daftar 10 kota di dunia dengan jam kerja paling pendek:
1. Paris
Paris memiliki jadwal kerja yang paling santai di dunia. Berdasarkan laporan UBS, yang menganalisa kerja dan pola produktif di 71 kota di dunia, penduduk Ibu Kota Perancis rata-rata hanya bekerja 1.604 jam per tahun atau 4,3 jam per hari.
Prancis memperkenalkan aturan kerja singkat ini 15 tahun yang lalu, di mana dalam sepekan jam kerja dibatasi 35 jam guna mendorong perusahaan mempekerjakan lebih banyak orang. Meski kebijakan ini melunak dari waktu ke waktu seiring dengan reformasi, tetapi rata-rata jam kerja warga kota Paris masih efektif di kisaran tersebut
2. Lyon
Masih dari Perancis. Kota dengan jam kerja tersingkat nomor dua adalah Lyon. Rata-rata jam kerja di kota terbesar kedua di Perancis ini 1.631 jam per tahun atau sekitar 4,4 jam per hari. Karyawan di kota yang dikenal sebagai pusat coklat dan es krim Perancis itu setiap tahunnya berhak mendapatkan 29 hari libur yang dibayar
3. Moskow
Kota berikutnya yang menawarkan jam kerja terpendek nomor tiga di dunia adalah Moskow. Rata-rata karyawan di Ibu Kota Rusia itu hanya dituntut bekerja 1.647 jam per tahun atau 4,5 jam per hari. Bahkan, kota yang tengah dihantui kegagalan ekonomi itu memberikan jatah kepada setiap pekerjanya 31 hari libur yang tetap dibayar.
4. Helsinki
Bagi Anda yang mencari minggu kerja pendek dan kondisi politik yang stabil mungkin bisa mempertimbangkan untuk menetap di Helsinki. Di Ibu Kota Finlandia itu itu rata-rata karyawan hanya bekerja 1.659 jam per tahun atau 4,54 jam per hari.
Selain itu, setiap pekerja di sana juga berhak atas 29 hari libur yang dibayar perusahaan. World Economic Forum menyebut Finlandia sebagai negara terbaik di dunia untuk mempersiapkan dan melatih tenaga kerja.
5. Vienna atau Wina
Wina berada di urutan keempat kota dengan jam kerja terpendek di dunia. Dengan populasi penduduk 1,8 juta jiwa, Ibu Kota Austria itu termasuk lokasi yang cukup santai untuk menetap dan bekerja.
Masa kerja karyawan di sana rata-rata hanya 1.678 jam per tahun atau hampir 5 jam per hari. Di kota kelahiran para musisi klasik dunia itu, setiap pekerja juga berhak menikmati 27 hari libur yang dibayar. Kota budaya ini memiliki reputasi dalam hal standar hidup, infrastruktur yang kokoh, serta sistem kesehatan yang cukup baik.
6. Milan
Masih di belahan Eropa, kali ini bergeser ke Kota Mode teratas di dunia, Milan. Milan dianggap sebagai kota yang memberikan keseimbangan hidup yang cukup baik bagi warganya, Milanese.
Tak hanya model dan perancang busana, buruh-buruh di Milan juga punya banyak waktu untuk menikmati hidup mengingat waktu kerja di sana rata-rata hanya 1.691 jam per tahun atau 4,6 jam per hari.
7. Kopenhagen
Warga Ibu Kota Denmark boleh berbangga hati karena Copenhagen menempati urutan ke tujuh kota dengan jam kerja tersingkat di dunia. Di kota ini, setiap warganya rata-rata hanya menghabiskan waktu 1.697 jam per tahun untuk bekerja. Artinya dalam sehari, rata-rata waktu kerja di Copenhagen hanya 4,64 jam.
Hal itu tidak terlalu mengherankan karena Denmark secara reguler dalam daftar negara paling bahagia di dunia versi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
8. Luxembourg
Kota kecil di Benua Biru ini telah mendapatkan reputasi sebagai surga pajak (tax haven) bagi perusahaan-perusahaan global. Kendati demikian, otoritas setempat lebih mengutamakan keseimbangan hidup bagi penduduknya, yakni antara bekerja dan kesehatan.
Di kota Luxembourg, setiap warganya memperoleh manfaat dari beberapa tunjangan paling dermawan di dunia. Antara lain menerima hak libur yang dibayar sebanyak 32 hari setiap tahun, di luar libur nasional.Selain itu, iklim bekerja di Luxembourg juga tergolong santai yakni rata-rata hanya 1.703 jam per tahun.
9. Vilnius, LithuaniaBergeser ke Utara Eropa ada Kota Vilnius. Ibu Kota Lithunia ini menempati peringkat ke sembilan kota dengan jam kerja terpendek di dunia. Di kota yang menampilkan arsitektur bersejarah ini, rata-rata karyawan hanya bekerja 1.716 jam per tahun atau 4,7 jam per hari.
Dengan waktu kerja yang cukup singkat setiap pekannnya, Vilnius memberikan hak libur selama 30 hari bagi pekerjanya tanpa harus takut tak dibayar perusahaan.
10. Brussels, BelgiaKota terakhir atau ke-10 yang menjanjikan watuk kerja paling singkat di dunia adalah Brussels. Ibu Kota Belgia di episentrum politik Eropa, menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin Uni Eropa dan Komisi Eropa.
Meskipun disibukan dengan semua aktivitas itu, Brussels memiliki jam kerja yang lebih pendek dari banyak Ibu Kota Uni Eropa lainnya, di mana rata-rata orang bekerja hanya 1.717 jam per tahun atau 4,7 jam per hari. Namun, pekerja di kota ini mendapatkan hari libur yang dibayar lebih sedikit dibandingkan dengan di wilayah lain di Eropa, yakni hanya 18 hari per tahun.
Produktivitas Pekerja RI Tertinggi ke-2 ASEAN
Produktivitas tenaga kerja Indonesia secara substansial telah mengalami peningkatan yang baik dalam 15 tahun terakhir. Hal tersebut berdasarkan laporan terbaru Economic Insight: South East Asia oleh Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW).
ICAEW Economic Advisor & Oxford Economics Leads Economist, Prinyanka Kishore mengatakan produktivitas pekerja Indonesia berkembang pesat hingga menempati posisi kedua terbesar di ASEAN setelah Vietnam.
Produktivitas tenaga kerja Indonesia mengalahkan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pergeseran sektoral menjadi penyumbang peningkatan sebesar 1,1% dan tingkat produktivitas murni Indonesia meningkat sampai 2,7%.
"Produktivitas Indonesia tumbuh mengesankan sebesar 3,8% (per tahun) dalam 15 tahun terakhir dan akan berkembang hingga 3,9% dalam lima tahun ke depan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
Prinyanka menjelaskan, tingginya jumlah tabungan rumah tangga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi dalam meningkatnya produktivitas Indonesia.
Menurut dia, pergeseran sektoral tidak dapat terjadi tanpa pasokan keuangan stabil untuk di investasi pada modal fisik maupun modal manusia. "Hanya dengan 2% tenaga kerja yang bekerja di sektor industri utama dibandingkan Malaysia dengan 10% tenaga kerja, Indonesia mempunyai peluang besar untuk meningkatkan produktivitas dengan membuka kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk beralih ke sektor-sektor industri utama tersebut," kata dia.
Namun, pertumbuhan produktivitas Indonesia ini masih tertahan oleh faktor eksternal, khususnya dengan menurunnya jumlah potensi mitra dagang utama Indonesia dan harga komoditas yang semakin rendah.
Meski demikian, Regional Director ICAEW Asia Tenggara, Mark Billington mengatakan pelatihan, pengembangan dan peningkatan keterampilan tenaga harus dilanjutkan. Ha ini penting bila Indonesia ingin mempertahankan peningkatan tingkat produktivitas murni dan lebih banyak memperkerjakan tenaga di sektor industri utama.
"Dengan ekonomi yang semakin liberal dan banyaknya sektor industri yang mulai terbuka dengan kepemilikan asing, Indonesia memerlukan tenaga kerja yang lebih terampil dan kini sudah mulai bergerak mendekati standar global dalam hal pengetahuan teknis, keterampilan bisnis dan inovasi," ungkap Mark.
Secara regional, tenaga kerja ASEAN secara keseluruhan mempunyai rekor perkembangan yang mengesankan, dengan pertumbuhan produktivitas sebesar 3% per tahun antara 2000 dan 2015. Perkembangan ini melebihi laju perkembangan per tahun Amerika Latin 2% dan Afrika 1,44%.
Pergeseran sektoral (tenaga kerja yang berpindah dari agrikultur ke manufaktur dan layanan), urbanisasi dan meningkatnya tenaga kerja pada kelompok usia produktif (25-54 tahun), telah menjadi faktor pendorong utama tumbuhnya produktivitas di seluruh daerah ASEAN, dengan pengecualian Singapura.
Meski investasi asing (Foreign Direct Investments/FDI) berperan penting dalam memajukan ekonomi ASEAN, sebagian besar permodalan investasi bisnis datang dari tabungan domestik dan pinjaman. Khususnya, untuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang banyak membuka lowongan pekerjaan.
Hal ini cukup menjelaskan alasan di balik produktivitas ASEAN yang terus meningkat pesat dibanding dengan kawasan pendapatan kelas menengah.
Foto-foto: Dari berbagai sumber
No comments:
Write komentar