Ribun Danau Bermunculan di Antartik,, Pertanda Buruk Bagi Dunia

 

Ribuan danau bermunculan di bagian timur Antartika. Danau itu terlihat cantik dengan warna biru cerahnya. Namun, kecantikan itu sebenarnya pertanda buruk.

Ribuan danau yang disebut supraglasial itu menjadi petunjuk bahwa bagian timur Antartika pun terdampak perubahan iklim.

"Timur Antartika adalah bagian benua yang diasumsikan relatif stabil. Tak ada perubahan yang besar. Wilayah itu sangat dingin. Namun, akhir-akhir ini, danau supraglasial di permukaan es teridentifikasi," ungkap Stewart Jamieson dari Durham University.

Jamieson dan rekannya melakukan penelitian dengan data satelit dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Peneliti mengungkap bahwa dalam kurun waktu tahun 2000-2013, ada 8.000 danau supraglasial yang terbentuk.

Terbentuknya danau-danau itu tak lepas dari kenaikan suhu akibat perubahan iklim. Selama 37 hari dalam kurun waktu 2012-2013, suhu di wilayah Antartika positif atau di atas titik beku air. Suhu rata-rata pada bulan Januari mencapai 0,8 derajat celsius. 

Dibandingkan dengan kurun waktu 2007-2008 ketika suhu di atas titik beku air hanya terjadi 5 hari serta suhu rata-rata pada bulan Januari -1,8 derajat celsius, jumlah danau yang terbentuk selama 2012-2013 lebih banyak 36 buah.

"Kami menemukan bahwa terbentuknya danau ini, secara tidak mengejutkan, berkaitan dengan suhu udara di wilayah itu. Jadi, jumlah maksimum danau, total luas danau, serta kedalaman danau akan mencapai jumlah terbesar apabila suhu memuncak," ujar Jamieson.

Danau itu memang tidak permanen. Namun, airnya bisa mengalir ke wilayah lain atau bergerak ke lapisan es bagian bawah sehingga mengganggu kestabilan es lain. Bila terus berlanjut, hal itu bisa memicu pelelehan es berjumlah besar dan berkontribusi pada kenaikan muka air laut secara global.

"Ukuran danaunya mungkin tak begitu besar untuk menimbulkan dampak saat ini. Namun, bila suhu terus menghangat pada masa depan, kita akan menyaksikan danau-danau ini bertambah ukuran dan jumlahnya," terangnya seperti dikutip Scie

nce Alert, Senin (22/8/2016).

Juli tahun 2016 dinyatakan sebagai bulan dengan suhu terpanas sejak pencatatan dimulai. Suhu pada bulan tersebut 0,84 derajat celsius lebih tinggi dari suhu rata-rata antara tahun 1950 dan 1980. Rekor suhu Bumi telah terpecahkan selama 10 bulan berturut-turut.

No comments:
Write komentar