Radikalisnme Menyasar Mahasiswa Yang Minim Pengetahuan Agama

 

Penyebaran radikalisme agama semakin berkembang ke berbagai lapisan masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa. Kelompok garis keras sengaja merekrut anak muda yang cerdas, mempunyai emosionalnya tinggi, tetapi awam pengetahuan agamanya alias tidak berbasis pesantren.

Demikian muncul dalam seminar bertajuk “Mencegah Kekerasan Atas Nama Agama” yang digelar Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Tarbiyyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, di aula fakultas setempat, Senin (28/3).

“Akibatnya mereka mudah dicuci otaknya. Termasuk juga para preman yang baru tobat kemudian diberi konsep-konsep jihad,” ujar Ketua Mahasiswa Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (Matan) Adjid Thohir. 

Sementara itu, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tedi Priatna menjamin mahasiswa Fakultas Tarbiyyah dan Keguruan tidak akan menjadi teroris, karena cara pendidikannya sudah benar.

“Makanya saya percaya betul, salah satu faktornya munculnya radikalisme adalah bagaimana cara membelajarkan dan mendidik mereka,” kata Tedi di hadapan ratusan aktivis mahasiswa dari kalangan NU, Muhammadiyah, Persis dan PUI.

Tedi mengingatkan kepada para mahasiswa bahwa adalah hal yang tidak masuk akal ketika agama yang mengajarkan kebahagiaan, kedamaian, tiba-tiba menjadi momok yang menyeramkan karena dianggap berpotensi menjadi menjadi jahat.

Untuk itu pihaknya mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dalam mengajarkan pendidikan toleransi antarumat beragama. Sebab munculnya pemahaman radikal dan tindakan ekstrem lantaran terdapat kesalahan dalam mendidik umat beragama.

“Mudah-mudahan ini menjadi wawasan bagi mahasiswa untuk mengetahui untuk kemajuan dan syiar Islam untuk tetap menjadi Islam rahmatan lil alamin,” pungkasnya. (M. Zidni Nafi’/Mahbib)

No comments:
Write komentar